Pekerjaan Liana Wati sehari-hari mengunjungi dan menghibur para pasien di sebuah panti. Namun, pada penghujung 2000, jangankan menghibur mereka, menghibur diri sendiri pun tak mampu. Ia mengurung diri di kamar sejak dokter mendiagnosis ia mengidap hepatitis C. Penyakit maut itu ketahuan bercokol di hatinya ketika ia mengecek kondisi kesehatan untuk memperoleh polis asuransi. Ibu 2 putri itu pun menolak dijenguk lantaran ia enggan mendengar lagi ucapan: hepatitis C tak dapat disembuhkan.
Liana Wati ingin mengelak dari diagnosis itu. Sayang, ketika mengecek ke laboratorium lain, hasilnya sama: hepatitis C. Sepekan setelah diagnosis itu, perempuan kelahiran Padang 18 Maret 1935 itu ambruk. Ia tak bertenaga seolah tubuh tanpa tulang-belulang. Seluruh aktivitas dilangsungkan di atas pembaringan. Seorang dokter dan 3 sinse menangani kesehatannya.
Namun, kondisinya kian memburuk, tubuhnya kurus kering. Sebulan berselang atas saran kerabat, nenek 4 cucu itu mencoba spirulina cair. Dosisnya 2 sachet-masing-masing 14,8 ml-3 kali sehari. Keesokan harinya ia menghentikan konsumsi seluruh obat dokter. Pada hari kedua, ia merasa amat bertenaga. Enam bulan berselang, Liana mengecek kondisi lever. Hasilnya, virus mematikan penyebab hepatitis C itu enyah. Liana sembuh.
Ir Badriatur Rahmaniah (43 tahun) juga merasakan faedah spirulina. Alumnus Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu menderita kanker payudara stadium II B. Operasi yang disarankan dokter ditolak. Beruntung seorang dokter memperkenalkan spirulina. Ia mengkonsumsi 1 sachet spirulina sehari. Rasanya tubuh lebih segar. Mulai Februari 2005, dua sachet spirulina diminum setiap hari. Dua pekan berselang, benjolan mengecil.
Hasil pemeriksaan di RSAD Gatot Subroto, sel kanker mengecil, dari 2,5 x 1,5 x 1,0 cm3 menjadi 1 x 0,62 x 0,62 cm3. Bobot tubuh meningkat dari 45 kg menjadi 50 kg. Dalam waktu dekat, ia berencana memeriksakan diri ke dokter. Yang merasakan manfaat spirulina tak hanya Liana Wati. Kusnadi Prawira yang mengidap jantung koroner, Tri Ayurina (kanker payudara), Andreana Subiyati (stroke) hanya beberapa pasien sembuh setelah mengkonsumsi spirulina.
Supermini Di tengah maraknya penggunaan bahan alam, spirulina salah satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko. Wajar jika keamanan mengkonsumsi spirulina terjamin. Pun bagi anak-anak dan perempuan hamil. “Spirulina makanan yang mempunyai sejarah panjang dari segi keamanannya. Namun, mutunya tergantung tempat tumbuh. Spirulina tercemar tentu berbahaya,” ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor. Dosis anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih? “Karena berfungsi sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau diberikan dalam dosis tinggi,” katanya. Kini popularitas tumbuhan bersel satu itu melambung. Banyak dokter di Indonesia yang menyarankan-jika tak boleh disebut meresepkan-tanaman obat itu. Spirulina merupakan ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm. Sebutan spirulina mengacu pada bentuknya yang spiral. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, terdapat banyak spesies spirulina yang hidup di air laut, payau, dan tawar. Spirulina yang hidup di laut mampu tumbuh pada kedalaman hingga 600 m. Dibandingkan dengan sinar matahari yang diterima tumbuhan darat, intensitas sinar matahari yang menembus air dan diterima spirulina jauh lebih sedikit. “Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim, maka ia mempunyai kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi tinggi. Oleh karena itu spirulina banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan kesehatan,” ujar Wahyu Suprapto, herbalis di Batu, Jawa Timur.
Terlengkap
Spirulina itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan menyembuhkan beragam penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu menjadi panasea-obat mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob Capelli, vice president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di dunia-mengungkapkan, “Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain karena mengandung nutrisi paling lengkap.”
Capelli yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di Kailua, Hawaii, tak berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina adalah betakaroten, zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif itu masing-masing 23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. “Spirulina mempunyai kekayaan antioksidan yang luar biasa untuk menetralisir radikal bebas,” ujar ahli herba alumnus Rutgers Uniersity itu.
Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun terdiri atas sel berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani kedua sel itu sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil riset Hayashi dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang.
Ia membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi Spirulina platensis lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat itu meningkat. Selain itu jumlah sel fagosit juga melambung.
Membangun sel
Menurut Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas Airlangga, orang sakit karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme sel. “Kerja sel ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan,” ujarnya. Oleh karena itu setiap sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar dapat bekerja dengan baik. Kata dr Oetjoeng Handajanto, ahli terapi kolon, salah satu sumber nutrisi terbaik bagi sel adalah spirulina.
Kandungan gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh sehingga melancarkan pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh memperbaiki sel-sel rusak. Hal senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya itu spirulina memulihkan penyakit degeneratif alias menurunnya fungsi-fungsi sel.
“Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi membangun sel-sel tubuh. Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan sel-sel otak sehingga mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi sel,” katanya. Namun, menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada spirulina-mencapai 70%, tidak serta-merta meregenerasi sel. “Tergantung bagaimana tubuh mencerna zat itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna menjadi asam amino, hormon, atau hanya menjadi energi. Protein adalah salah satu sumber energi,” ujarnya.
Komari, doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina adalah kandungan vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang. Kadar vitamin K mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang memenuhi 80% kebutuhan tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan kromium pada spirulina mencapai 21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi penderita diabetes untuk merangsang kinerja pankreas memproduksi insulin.
Masih ada faedah lain spirulina. “Klorofil yang tinggi berguna sebagai detoksifi kasi atau mengeluarkan racun termasuk radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas memicu beragam penyakit seperti kanker,” ujar dr Maria Theresia Karnadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim superoksida dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal bebas.
Radikal bebas merupakan atom yang tak memiliki pasangan sehingga reaktif merusak jaringan. Disebut radikal bebas karena mempunyai kebebasan untuk melakukan pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar. “Stres dan pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas,” ujar dr Oetjoeng Handajanto lulusan Fakultas Kedokteran Universität Bochum Jerman. Nah, SOD mampu mengikat radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak lagi mampu mengikat.
Singkat kata thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan daun sejati-itu mampu mendongkrak kekebalan tubuh. “Jika daya tahan tubuh meningkat, mengurangi serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel darah putih tak mampu melawan penyebab penyakit,” ujar dr Oetjoeng Handajanto.
Banyak cara
Selain bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan sebagai terapi kuratif untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana Syah MS PhD, peneliti bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina mempunyai komponen yang khas bernama oligosakarida. “Ternyata oligosakarida menjadi antivirus, antitumor, dan mencegah penyebaran kanker,” ujar doktor Kimia alumnus University of Western Australia itu.
Bagaimana spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran spirulina mampu menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa zat kimia yang tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran tumbuhan itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis kode gen deoxynucleutide acid (DNA). Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan sehat.
Dokter Oetjoeng menuturkan pada kasus kanker, spirulina berperan mengatrol pH darah. Harap mafhum, tingkat keasaman darah penderita kanker amat rendah 5,7-6,5. Padahal, idealnya pH darah 7,3. “Bila pH darah turun terus, darah kehabisan oksigen dan berakibat kematian,” ujar dokter berusia 55 tahun itu. Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa.
Sel kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam seperti daging, telur, dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam menyebabkan oksigenasi darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai. Tubuh cuma memerlukan makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan spirulina tak cuma itu.
Dalam khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina segar bersifat dingin dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau menghancurkan. “Oleh karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami pembengkakan atau benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak itu biasanya panas sehingga diobati dengan bahan yang bersifat dingin,” ujar William Aditeja, dokter alumnus Beijing University of Traditional Chinese Medicine.
Menurut Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit: yin dan yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang dan kondisi yin diberi obat yin, justru makin sakit. “Spirulina itu mempunyai karakteristik yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala yang,” ujarnya. Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu yang dingin-contohnya diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe yin ditandai dengan kerap berurine.
Makanan
Spirulina kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair, dan tablet. Itu hasil olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti khasiatnya oleh berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond Interest merilis merek Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken Spirulina), PT K-Link Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor Inma (Spirulina Pasifica), PT Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT Surya Pagoda Mas (Revita), dan PT Ultratrend Biotech (Spiruplus).
Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar, payau, dan laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru. Syaratnya antara lain pH 8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula tumbuhan itu amat adaptif di berbagai kondisi perairan.
Lokasi budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti Amerika Serikat dan Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan teknologi pengeringan beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan asam lemak lain. Bahan bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau cairan spirulina. Produk mereka itu kini merambah pasar dan menjadi harapan kesembuhan bagi para pasien.
Memang banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi beragam penyakit. Meski begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim spirulina bukan obat, tapi makanan fungsional. “Spirulina memang tidak mengobati, tubuh memperbaiki diri sendiri,” ujar dokter Oetjoeng. Ia menganalogikan montir bila gagal menemukan onderdil, mobil tetap rusak dan tak dapat berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah makanan, spirulina “onderdil” yang amat lengkap lantaran memberikan semua yang dibutuhkan tubuh.
Namun, menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi suplemen tak perlu bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang sesuai kebutuhan. “Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat dalam makanan lain,” ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi spirulina ketika sakit mereka tak kunjung sembuh, meski berbagai pengobatan ditempuh seperti dialami Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus. Sebulan setelah rutin mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat menjadi 13 gram per dl dari sebelumnya 7 gram per dl.
Ahli gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen tetap diperlukan untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi spirulina lengkap dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam. Kandungan senyawa aktif itulah yang membantu mewujudkan harapan kesembuhan banyak pasien.
Sumber: Majalah Trubus