Penjinak Radiasi

Trubus

Edisi: Kamis, 31 Agustus 2006 14:39:43

Penjinak Radiasi

Bencana mahadahsyat itu 20 tahun telah berlalu: ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl. Namun, dampaknya tak juga terkubur oleh perjalanan panjang sang waktu. Setidaknya 9 anak meninggal karena kanker thiroid akut dan 9.000 orang lainnya mengidap leukemia, anemia, serta kehilangan kekebalan tubuh. Semua itu akibat radiasi nuklir ketika PLTN meledak pada 26 April 1986 pukul 01.23.

Cuma itu? Ternyata tidak, sebab kandungan iodine tanah dan logam berat strontium 90 serta caesiun 137 terserap oleh tumbuhan, serangga, dan jamur. Efeknya mempengaruhi makanan sehari-hari penduduk setempat. Iodine, misalnya, memicu kanker thiroid seperti banyak terjadi di Belarus dan Rusia. Radias nuklir bagi mereka memang mengancam nyawa.

Secercah harapan muncul ketika L.P. Loseva and I.V. Dardynskaya, dari Research Institute of Radiation Medicine, Minsk, Belarus, melaporkan hasil riset yang melibatkan 100 anak. Konsumsi 5 gram spirulina setiap hari selama 20 hari menekan 50% kandungan radioaktif pada urine.

Menurut Belookaya T Corres dari Komite Anak-anak Belarus, spirulina menurunkan radiasi akibat konsumsi makanan terkontaminasi zat radioaktif cesiun 137 dan strontium 90. Tumbuhan bersel satu itu meningkatkan kesehatan tubuh manusia sehingga digunakan sebagai terapi bagi orang yang terkena radiasi. Riset lain melibatkan 49 anak berusia 3-7 tahun di Beryozova, Belarus. Ekstrak spirulina diberikan selama 45 hari. Para dokter menemukan sel T dan hormon pengatur tumbuh meningkat. Sebaliknya 83% radioaktif pada urine menurun.

Peneliti juga menyimpulkan pikosianin dan polisakarida meningkatkan reproduksi sumsum tulang dan kekebalan sel. Rusia mematenkan spirulina pada 1994 sebagai makanan obat penurun reaksi alergi pada pasien yang teradiasi. Paten itu berdasarkan penelitian terhadap 270 anak yang hidup di radiasi tinggi. Setelah diberi 20 tablet atau 5 gram spirulina per hari selama 1,5 bulan, sensitivitas terhadap alergi pun normal. Riset-riset itu meneguhkan spirulina sebagai panasea, obat mujarab bagi beragam penyakit. (Vina Fitriani)

Tekanan Darah

Trubus

Edisi: Kamis, 31 Agustus 2006 14:42:46

Tekanan Darah

Darah rendah tak pernah enyah dari tubuh Ice Dahriani (37 tahun). Tekanan darahnya tak pernah beranjak dari 90/60 mmHg. Idealnya, 120/80 mm/ Hg. Wajar bila pegawai bank swasta nasional itu kerap letih dan pusing. Atas saran suami, Ice mengkonsumsi 9 tablet spirulina 3 kali sehari. Sepekan berselang ia mengecek tekanan darahnya. “Tumben normal,” katanya. Ibu satu anak itu merasa lebih bugar dan fit. Itulah sebabnya ia meneruskan konsumsi spirulina.***

Mimisan

Mimisan disertai kepala pusing kerap mendera Stevie Mario sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hasil pemindaian menunjukkan, terjadi penyumbatan urat saraf. Vilania, sang ibu, memberikan spirulina 30 ml 3 kali sehari. Hanya dalam sebulan, mimisan itu berhenti hinggi kini saat usia Mario 14 tahun. Memang semula Vilania kaget mendapati darah beku keluar dari lubang hidung. Namun, sejak itu Mario sembuh mimisan.***

Pusing

Dokter memberi 40 jahitan di kepala Lina Liwan beberapa saat setelah tabrakan mobil di Pontianak, Kalimantan Barat. Pada penghujung senja, setahun lampau ia mengalami kecelakaan. Hingga luka itu sembuh, pusing-pusing tak kunjung sirna. “Kalau lihat langit-langit, seperti berputar-putar,” kata wirausahawan di Pontianak itu. Frekuensi pusing beberapa kali sehari. Atas saran seorang kerabat, ia akhirnya mengkonsumsi spirulina 2 sachet 2 kali sehari. Sepekan berselang, pusingnya berkurang dan hilang sama sekali setelah sebulan rutin minum spirulina. ***