Spirulina


Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk spiral, bersel satu yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang lalu dan telah dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang lalu. Terdapat ± 2000 jenis Spirulina di dunia, dari berbagai penelitian diketahui bahwa spirulina dari species platensis merupakan spirulina yang aman untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi yang tinggi.
Spirulina pacifica merupakan spirulina dari strain pacifica yang di produksi oleh Cyanotech di Hawaii, USA. Setiap tahunnya Cyanotech menghasilkan 350 ribu ton spirulina pacifica. Jika dibandingkan dengan spirulina yang dibudidayakan di tempat lain Spirulina pacifica yang dibudidayakan di Hawaii memiliki kandungan betakaroten yang lebih tinggi.

8 Keistimewaan Spirulina Pacifica


1. Superior Strain
Strain terbaik yang diproduksi oleh Cyanotech Hawaii USA

2. Bebas polusi
Hawaii merupakan tempat yang tepat untuk pembiakan spirulina karena bebas polusi dan matahari bersinar lebih lama yaitu selama 18 jam

3. Sumber air
Air yang digunakan berasal dari air laut dengan kedalaman 2000 kaki dan air dari gunung berapi yang kaya akan mineral.
4. Teknologi Pengolahan
Spirulina diproses dengan teknologi tinggi Ocean chill Drying & Cold Tableting menggunakan suhu rendah dalam proses pengeringan dan tableting untuk melindungi zat gizi dari kerusakan selama pemrosesan.
5. Terbersih di dunia
Peralatan produksi yang bersih dan bebas dari bahan cemaran.
6. Bebas garam
Pencucian 3x dengan air bersih untuk menghilangkan kandungan garam, sehingga menghasilkan Spirulina pacifica bebas garam
7. Sertifikat GRAS
GRAS (Generally Recognized As Safe) diberikan oleh
FDA - USA. Status ini menunjukan bahwa Spirulina Pacifica benar-benar aman dan tanpa efek samping untuk dikonsumsi
8. Sertifikasi halal
Memperoleh sertifikat dari IFANCA, sehingga halal untuk dikonsumsi.

Manfaat Spirulina Pacifica

1. Superfood
Spirulina pacifica kaya akan zat gizi, mengandung 60% protein nabati, Vitamin B kompleks, Asam lemak esensial, Vitamin, mineral dan pigmen alami. Zat gizi dalam spirulina berguna untuk melengkapi kecukupan gizi yang diperlukan oleh manusia setiap hari


2. Meningkatkan daya tahan tubuh
Spirulina pacifica mengandung phycocianin, klorofil dan polysacarida yang membantu meningkatkan aktifitas unsur-unsur antibodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit, sehingga tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat.


3. Menyehatkan darah
Spirulina pacifica mengandung klorofil, Vitamin B 12, Asam folat dan zat besi yang duperlukan untuk pembentukan darah merah. Konsumsi Spirulina pacifica secara teratur akan mencegah terjadinya anemia ( kurang darah)


4. Antioksidan alami & Anti kanker
Polusi, stress, sinar matahari, bahan-bahan kimia dll merupakan sumber radikal bebas. Di dalam tubuh radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan berbagai kerusakan fungsi organ. Spirulina pacifica mengandung Antioksidan seperti Selenium, Vitamin E, enzyme SOD yang dapat memperkecil resiko kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Phytonutrien dalam Spirulina (betakaroten,klorofil, xanthofil, phyocianin) merupakan anti kanker alami.


5. Detoksifikasi
Klorofil di dalam Spirulina pacifica akan bekerja untuk membersihkan dan membuang toksin (racun) yang berasal dari bahan pengawet makanan, obat-obatan, cemaran air dan bahan-bahan kimiawi yang menumpuk di dalam darah. Klorofil juga berguna untuk mengurangi aroma tubuh yang tidak sedap


6. Memperbaiki sistem pencernaan
Spirulina pacifica memiliki Protein Efficiency Ratio yang sangat tinggi, sehingga lebih cepat diserap tubuh. Dinding sel nya terbuat dari protein, polysacarida dan enzyme serta tidak memiliki selulosa sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh



Look how packed Spirulina is with Nutrition:

  • Spirulina has 2300% more iron than spinach
  • Spirulina has 3900% more beta carotene than carrots
  • Spirulina has 300% more calcium than whole milk
  • Spirulina has 375% more protein than tofu
  • Comparing phytonutrient levels, Spirulina is 31 times more potent than blueberries and 60 times more potent than spinach!

Frequently Asked Questions (FAQ)

  1. Apa keistimewaan Spirulina ?
    Dewasa ini banyak penyakit yang disebabkan karena ketidakseimbangan nutrisi dan keasaman tubuh yang tinggi (acidity). Spirulina Pacifica merupakan makanan kesehatan alami yang bersifat basa (alkaline food) kaya akan zat gizi esensial yang diperlukan oleh tubuh untuk menjaga pH darah (tubuh) yang cenderung basa dan juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh
  2. Terdapat banyak jenis spirulina di pasaran, apa yang membuat
    Spirulina Pacifca menjadi yang terbaik ?
    • Tempat budidaya yang ideal
      Kona , Hawaii merupakan tempat yang terisolasi, jauh dari lokasi industri. Sinar matahari bersinar lebih panjang di Hawaii sehingga proses produksi dapat berlangsung selama 12 bulan per tahun. Produsen lainnya memerlukan masa tenggang (break) 3-4 bulan setiap tahunnya, disebabkan cuaca yang tidak mendukung untuk budidaya spirulina
    • Superior strain (Jenis superior)
      Spirulina Pacifica merupakan hasil pengembangan dari strain Platensis yang telah dilakukan sejak tahun 1984 di Hawaii. Selama bertahun-tahun riset mengenai spirulina khususnya Spirulina Pacifica mulai dikembangkan. Universitas of Hawaii telah melakukan analisa biologi molekular yang telah berhasil mengidentifikasi enzyme yang tidak terdapat pada spirulina platensis lainnya. Spirulina mengandung protein , asam lemak esensial, mixed carotenoid, asam amino esensial dan juga Calcium Spirulian sebagai antiviral / anti virus.
    • Air laut dalam
      Sumber air laut dipompa dari kedalam 2000 kaki, yang bebas polusi dan kaya akan mineral.
    • Bebas Pestisida, herbisida, iradiasi
      Spirulina pacifica telah diuji dan dinyatakan bebas dari pestisida, herbisida dan iradiasi* Iradiasi* merupakan suatu teknik pengawetan pangan yang menggunakan sinar gamma, X atau UV. Tujuannya
      adalah untuk membunuh parasit, bakteri patogen dan meningkatkan masa simpan. Selama proses ini pangan akan menyerap radiasi, sebenarnya pada proses ini dosis iradiasi tidak cukup besar untuk menyebabkan pangan menjadi radioaktif walaupun demikian sampai dengan saat ini teknik iradiasi pangan masih kontroversi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
    • Proses produksi Ocean Chill Drying yang telah dipatentkan
      Ocean Chill Drying merupakan proses produksi dengan hak paten US Paten#5,276,977. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan kerusakan zat gizi seperti vitamin, mineral dan enzyme selama proses produksi, sehingga produk terjaga kualitas, terutama zat gizinya dan dapat diterima oleh konsumen dalam keadaan baik.
    • GRAS status (lebih tinggi sertifikasinya dibanding organic)
      GRAS – Generally Recognize As Safe merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh FDA-USA (Food and Drug Association) yang menyatakan Spirulina Pacifica yang berasal dari Cyanotech sebagai perusahaan mikroalga terbesar, aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama sebagai suplemen, makanan, ataupun minuman.
  3. Apa bedanya Spirulina & Chlorella & Cryptomonadales ?
    • Spirulina : Spirulina adalah ganggang renik (mikroalga), berbentuk spiral berwarna hijau kebiruan.
      Dinding sel lunak, mudah dicerna tanpa perlu proses produksi lebih lanjut. Spirulina termasuk ke dalam Thallophyta yaitu tumbuhan yang tidak mempunyai daun,akar dan batang yang sejati. Spirulina memiliki zat warna Cyanophysin, sehingga dikenal juga dengan nama Cyanobakterium, ini dicirikan oleh adanya zat warna biru dalam spirulina. Kandungan pigmen atau zat warna yang ada pada spirulina adalah Klorofil (hijau), karotenoid (jingga), betacaroten (jingga kemerahan), Phycocianin (biru). Secara garis besar kandungan nutrisi pada spirulina berupa protein 60-70%, karbohidrat 15-25%, lemak 6-8%, mineral dan vitamin 7-13%, serat 8-10%. Spirulina mengandung Calcium Spirulan yang diketahui bekerja sebagai antiviral/ antivirus.
    • Chlorella : merupakan ganggang hijau (green algae), bersel satu dan termasuk ke dalam phylum
      chlorophyta. Chlorella hanya mengandung pigmen klorofil (hijau). Secara umum kandungan nutrisi
      chorella protein 45%, lemak 20%, karbohidrat 20%, serat 5%, mineral dan vitamin 10%. Dinding sel keras, memerlukan proses produksi untuk memecah dinding sel agar mudah dicerna.
    • Cryptomonadales : merupakan alga bersel satu, klasifikasi alga jenis ini termasuk ke dalam Chlorella. Hanya memiliki pigmen warna hijau saja.
  4. Mengapa sertifikasi GRAS lebih baik daripada Organic ?
    Dapat dilihat dengan perbandingan tabel di bawah ini.

Perbandingan GRAS Vs ORGANIK

Spirulina Sertifikat GRAS
Spirulina Serifikat ORGANIC

Bebas Pestisida

Bebas Herbisida

Ramah Lingkungan

Zat Gizi Murni & Terjaga

X

Minimalisasi Kandungan Logam Berat

X

Minimalisasi Kandungan Bakteria

X

Bebas Produksi Pupuk Kandang

X

Proses Produksi minmal

X

Perumbuhan Lebih Cepat

X

  1. Bagaimana seseorang tahu bahwa Spirulina Pacifica efektif bagi tubuh?
    Telah lebih dari 30 tahun Spirulina Pacifica memberikan manfaat kepada banyak orang di seluruh dunia untuk membersihkan dan memberi gizi bagi tubuh. Beberapa pernyataan yang dikeluarkan media internasional mengenai Spirulina sbb :
    1974 : Makanan ideal untuk masa depan oleh FAO- PBB
    1983 : Makanan alami terbaik Ekspo makanan sedunia di Jerman Barat 1994 : Rusia mengumumkan Spirulina sebagai antiradioaktif
    2006 : Khasiat Spirulina untuk Anemia,Utusan Mayasia Online, 17/5/06
  2. Apakah ada efek samping setelah mengonsumsi Spirulina Pacifica? Konsumsi Spirulina Pacifica tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Namun pada beberapa orang yang sensitif, akan muncul suatu reaksi detoksifikasi / respon posistif dalam waktu 5-14 hari. Reaksi ini dapat berupa frekuensi buang air besar bertambah, gatal, pusing, mual, mengantuk, lesu, dan badan menjadi agak ”hangat” (suhu tubuh tetap, namun badan terasa hangat). Keluhan ini hanya sementara saja, teruskan konsumsi Spirulina Pacifica sesuai dengan dosis yang disarankan. Gejala ini berupa ”Healing crisis ”, tubuh melakukan proses untuk :
    • Mengeluarkan toksin
    • Memperbaiki fungsi organ tubuh
    • Metabolisme tubuh membakar lemak menjadi energi
    • Setiap orang memiliki metabolisme dan kondisi kesehatan yang berbeda, maka gejala ini pun tidaklah sama pada semua orang. Mereka yang kondisi kesehatannya baik seringkali tidak merasakan gejala diatas.
  3. Siapa saja yang dapat mengonsumsi Spirulina Pacifica ?
    Spirulina Pacifica merupakan ”makanan” yang kaya akan zat gizi sehingga dapat dikonsumsi oleh semua golongan usia dari anak-anak hingga lansia, termasuk wanita hamil dan menyusui. Spirulina Pacifica membantu melengkapi zat gizi yang kurang dari konsumsi makanan sehari-hari sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Bagi ibu hamil Spirulina Pacifica pun aman untuk dikonsumsi, memberikan suplai zat gizi esensial untuk ibu dan janin, GLA di dalamnya akan menunjang produksi ASI yang berkualitas. Spirulina Pacifica juga dapat diberikan kepada mereka yang menderita keluhan Diabetes Mellitus, Hipertensi, Anemia, Sembelit, Wasir, Hepatitis, Herpes, Thyroid, Tumor/kista dan dapat dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
  4. Setelah mengonsumsi Spirulina Pacifica mengapa feses berwarna hijau ?
    Spirulina Pacifica membantu membuang kotoran didalam usus besar. Seandainya pada suatu waktu feses berwarna kehijauan ini adalah disebabkan pigmen klorofil yang terdapat di dalam Spirulina Bagaimana pemberian dosis Spirulina Pacifica yang tepat setiap orang ? Spirulina Pacifica adalah ”makanan”, yang dapat dimakan oleh semua golongan usia dengan saran pemakaian / dosis sbb :

Preventif

Jika ada Keluhan
Bayi 1 Th
1x1 tab /hr
s/d
3x1 tab / hr
Balita
2x1 tab /hr
s/d
3x2 tab / hr
Anak - anak
3x1 tab /hr
s/d
3x2 tab / hr
Remaja
2x5 tab /hr
s/d
3x5 tab / hr
Dewasa
3x5 tab /hr
s/d
3x10 tab / hr

Dosis ini adalah dosis yang disarankan, dapat ditambahkan apabila diperlukan
Note :
Untuk anak-anak yang belum bisa menelan / mengunyah Spirulina Pacifica, tablet dapat dihancurkan sampai halus lalu dicampur dengan air putih / jely gamat.
Anjuran :

  • Minum air yang cukup per hari ± 2 liter air untuk membantu tubuh membuang toksin, dan memudahkan buang air besar
  • Olahraga secara teratur, membantu tubuh melancarkan peredaran darah
  • Kendalikan pola makan, perbanyaklah konsumsi makanan yang segar dan alami hindari makanan instant, pemanis, pewarna dan perasa buatan
  • Jika gejala yang dialami cukup berat, maka kurangi jumlah Spirulina Pacifica yang dimakan, minumlah dalam dosis rendah secara bertahap dinaikan kembali ke dosis yang disarankan.
  1. Bagaimana jika konsumsinya lebih dari 3 gr /hr, adakah efek sampingnya ?
    Spirulina telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu mulai dari suku Aztec kuno di Meksiko, kemudian terus berkembang dan dikonsumsi secara sederhana oleh manusia di berbagai benua. Awal tahun 1940-an jurnal ilmiah mengenai Spirulina mulai bermunculan dan kini Spirulina dikenal sebagai pangan alami bergizi tinggi di berbagai negara Spirulina Pacifica telah mendapat status GRAS * (lihat point 2).

Dosis yang disarankan untuk dikonsumsi
bagi dewasa adalah 3 gr = 15 tablet per hari. Dosis yang lebih tinggi disarankan apabila diperlukan oleh tubuh, seperti dalam kondisi anemia atau kurang gizi. Di dalam buku ” Spirulina Micro Food Macro Blessing” Harald W Tiestze mengatakan bahwa konsumsi spirulina sampai dengan 10 gr / hari dapat direkomendasikan untuk menjaga kesehatan, apabila diperlukan. Tidak ada efek samping yang merugikan dari konsumsi spirulina pacifica. Konsumsi sesuai anjuran adalah hal yang disarankan untuk mendukung kesehatan manusia.

  1. Apa guna pigmen dalam Spirulina Pacifica ?
    Pigmen adalah zat warna alami yang ada pada tumbuhan. Pada Spirulina Pacifica pigmen berfungsi sebagai detoksifikasi (pembersih racun), perlindungan tubuh terhadap radikal bebas, antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri ”baik” di usus, meningkatkan haemoglobin (Hb), dan sebagai antikanker
  2. Apa yang dimaksud dengan Antioksidan ? Antioksidan apa yang ada di dalam Spirulina Pacifica ?
    Antioksidan merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai oksidan alias radikal bebas. Sifatnya tidak stabil, radikal dan merusak tubuh. Di dalam tubuh sebenarnya radikal bebas memang dihasilkan sebagai produk samping dari proses pembentukan energi, dalam kadar tertentu radikal bebas bersama sel darah putih (leukosit) akan menghancurkan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun yang perlu diperhatikan radikal bebas yang berlebihan akan bersifat destruktif / merusak sel, di dalam tubuh reaksi ini terjadi berantai sehingga munculah radikal bebas yang jumlahnya berlebih.Akibatnya sel menjadi rusak, atau bermutasi, peristiwa ini menjadi penyebab penyakit degeneratif (penyakit yang disebabkan karena menurunnya fungsi organ tubuh), seperti kanker dan penuaan dini.

Contoh radikal bebas : asap rokok, polusi, stress, kelelahan, dan sinar UV.
Antioksidan sebagai sistem pertahanan bagi tubuh yang bekerja menangkal kerusakan sel akibat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami memproduksi antioksidan (endogen) namun disaat manusia kini terpapar radikal bebas setiap hari maka antioksidan dari luar (eksogen) sangat diperlukan. Antioksidan dalam Spirulina Pacifica : Pigmen Alami, Betakaroten, Vitamin E, Selenium, & SOD (superoksida dismutase).

  1. Apakah Spirulina Pacifica halal untuk dikonsumsi ?
    Spirulina Pacifica telah mendapatkan sertifikat halal Malaysia dan halal IFANCA ( The Islamic Food And Nutrition Council Of America). Halal malaysia dapat dilihat di dalam kemasan.
  2. Apakah telah ada studi klinis mengenai Spirulina ?
    Telah lebih dari 200 studi klinis mengenai Spirulina telah dipublikasikan. Uji klinis yang sangat beragam seperti peranan Spirulina dalam mengatasi Virus Herpes, Diabetes Melitus, Toksisitas pada hati, kesehatan ginjal dll.
  3. Apa perbedaan Spirulina Cair dan Spirulina bentuk tablet ?
    Bahan pangan dalam bentuk cair beresiko lebih besar untuk terkontaminasi dengan bahan perusak seperti jamur / parasit. Hal ini disebabkan kadar air yang tinggi merupakan media yang tepat untuk parasit / jamur berkembang biak. Oleh karena itu bahan pangan cair memerlukan penanganan yang lebih khusus seperti disimpan dalam suhu rendah, hindari kontak dengan panas atau sinar matahari langsung & dijauhkan dari bahan kimiawi lainnya. Masa simpannya pun relatif lebih cepat. Sedangkan bahan pangan dalam bentuk kering (tablet) kadar airnya sudah dikurangi seminimal mungkin dalam Spirulina Pacifica kelembaban / kadar airnya 3-6%. Sehingga kadar air yang rendah akan meminimalkan
    terjadinya kontaminasi, memperpanjang masa simpan namun tetap berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Teknology Ocean Chill Drying yang dilakukan pada saat proses pengeringan (lihat point 2) mengubah spirulina pacifica cair menjadi powder/ bubuk, dengan zat gizi yang tetap berkualitas.
  4. Dapatkah Spirulina Pacifica dikonsumsi untuk mengatasi penyakit yang disebabkan karena virus ?
    Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan masuknya mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan kemudian menimbulkan penyakit. Contoh penyakit yg disebabkan oleh Virus antara lain Influenza,Hepatitis, HIV, dan Herpes. Sampai dengan saat ini baru beberapa jenis virus saja yang dapat diatasi dengan obat obatan, namun sangat penting bagi kita untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) karena imunitas yang tinggi / kuat maka sulit bagi virus untuk menerobos benteng pertahanan tubuh, namun lain halnya jika daya tahan tubuh lemah maka virus mudah masuk dan menginfeksi seseorang hingga jatuh sakit. Spirulina Pacifica merupakan makanan kesehatan yang mengandung Calcium Spirulan sebagai anti virus dan juga mengandung Antioksidan yang ada dapat memperkuat daya tahan tubuh, dengan sisitem imunitas yang lebih baik / tinggi maka tubuh dapat membentuk pertahanan yang lebih kuat dalam melawan virus yang masuk.
  5. Untuk Spirulina Pacifica, Testimonial apa saja yang telah ada ?
    Testimonial Spirulina Pacifica sangat beragam,konsumen di berbagai daerah di Indonesia mengatakan bahwa Spirulina Pacifica memberikan kondisi kesehatan yang lebih baik. Spirulina Pacifica membantu mengatasi keluhan : Diabetes melitus, Hepatitis, Hypertiroid, Anemia, Sembelit, Jantung Bocor, Kista, Stroke, Wasir, Migrain, dan membantu melengkapi kecukupan gizi dan meningkatkan daya tahan tubuh. (untuk info selengkapnya silahkan buka Kliping Trubus)
  6. Apakah produk ini sudah ter registrasi di badan POM Indonesia?
    Spirulina Pacifica sudah memiliki nomer registrasi POM Indonesia yaitu sbb :
    Spirulina Pacifica 100 tab : TI. 0754.525.221 (BOX)
    Spirulina Pacifica 200, 400, 800 dan 1500 tab : TI.0754.525381. (BOTOL)
  7. Apabila sedang mengonsumsi obat-obat dari dokter apakah Spirulina Pacifica dapat dikonsumsi adakah efek sampingnya?
    Spirulina Pacifica tetap dapat dikonsumsi apabila anda sedang mengonsumsi obat medis. SpirulinaPacifica adalah “makanan” dalam bentuk suplemen yang mengandung zat gizi yang memang diperlukan oleh tubuh, sehingga tidak ada efek samping yang merugikan karena Spirulina Pacifica adalah makanan alami dan tidak berefek buruk bagi tubuh anda. Minum Spirulina sebelum makan, atau 1 jam setelah anda meminum obat medis.

FAQ diatas merupakan kutipan dari "Buku Pintar Gamat & Spirulina" untuk mendapatkan buku tersebut, dapat menghubungi stokis atau customer service kami

Spirulina (dietary supplement)

From Wikipedia, the free encyclopedia

Spirulina is the common name for human and animal food supplements produced primarily from two species of cyanobacteria: Arthrospira platensis, and Arthrospira maxima. These and other Arthrospira species were once classified in the genus Spirulina. There is now agreement that they are a distinct genus, and that the food species belong to Arthrospira; nonetheless, the older term Spirulina remains the popular name. Spirulina is cultivated around the world, and is used as a human dietary supplement as well as a whole food and is available in tablet, flake, and powder form. It is also used as a feed supplement in the aquaculture, aquarium, and poultry industries.

Biology

Spirulina are free-floating filamentous cyanobacteria characterized by cylindrical, multicellular trichomes in an open left-hand helix. Spirulina occurs naturally in tropical and subtropical lakes with high pH and high concentrations of carbonate and bicarbonate. A. platensis occurs in Africa, Asia and South America, whereas A. maxima is confined to Central America.

History

An illustration from the Florentine Codex showing how the Aztecs harvested Spirulina off lakes by skimming the surface with ropes and then drying the algae into square cakes that would be eaten as a nourishing condiment.

Spirulina is believed to have been a food source for the Aztecs and other Mesoamericans until the 16th-century; its harvesting from Lake Texcoco and subsequent sale as cakes is described by one of Cortés' soldiers. The Aztecs called it Tecuitlatl, meaning stone's excrement. Spirulina was found in abundance at the lake by French researchers in the 1960s, but there is no reference to its use there as a daily food source after the 16th century. The first large-scale Spirulina production plant, run by Sosa Texcoco, was established there in the early 1970s. Leo Szilard postulated the development of algae-based food supplements (which he called "Amruss") in his 1961 short story, The Voice of the Dolphins. Spirulina may have an even longer history in Chad, as far back as the 9th century Kanem Empire. It is still in daily use today, dried into cakes called Dihé, which are used to make broths for meals, and also sold in markets. The Spirulina is harvested from small lakes and ponds around Lake Chad.

Cultivation Most cultivated spirulina is produced in open-channel raceway ponds, with paddle-wheels used to agitate the water. The largest commercial producers of spirulina are located in the United States, Thailand, India, Taiwan, China, Pakistan and Myanmar (i.e. Burma).

Nutrients and other chemicals


Spirulina tablets

Protein

Spirulina contains an unusually high amount of protein, between 55% and 77% by dry weight, depending upon the source. It is a complete protein,[citation needed] containing all essential amino acids, though with reduced amounts of methionine, cysteine, and lysine when compared to the proteins of meat, eggs, and milk. It is, however, superior to typical plant protein, such as that from legumes. Essential fat

Essential fatty acids

(DHA), and Spirulina is rich in gamma-linolenic acid (GLA), and also provides alpha-linolenic acid (ALA), linoleic acid (LA), stearidonic acid (SDA), eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acidarachidonic acid (AA).

Vitamins

Spirulina contains vitamin B1 (thiamine), B2 (riboflavin), B3 (nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (folic acid), vitamin C, vitamin D, and vitamin E.

B12

The bioavailability of vitamin B12 in Spirulina is in dispute. Several biological assays have been used to test for the presence of vitamin B12. The most popular is the US Pharmacopeia method using the Lactobacillus leichmannii assay. Studies using this method have shown Spirulina to be a minimal source of bioavailable vitamin B12. However, this assay does not differentiate between true B12 (cobalamin) and similar compounds (corrinoids) that cannot be used in human metabolism. Cyanotech, a grower of spirulina, claims to have done a more recent assay, which has shown Spirulina to be a significant source of cobalamin. However, the assay is not published for scientific review and so the validity of this assay is in doubt. The American Dietetic Association and Dietitians of Canada in their position paper on vegetarian diets state that spirulina can not be counted on as a reliable source of active vitamin B12. Tests done on Australian-grown spirulina by the Australian Government Analytical Laboratory (AGAL) show Vitamin B12 (cobalamin) levels of 659.1 ug / per100g .A one gram tablet could provide more than three times the recommended daily intake of B12.

Minerals

Spirulina is a rich source of potassium, and also contains calcium, chromium, copper, iron, magnesium, manganese, phosphorus, selenium, sodium, and zinc.

Photosynthetic pigments

Spirulina contains many pigments including chlorophyll-a, xanthophyll, beta-carotene, echinenone, myxoxanthophyll, zeaxanthin, canthaxanthin, diatoxanthin, 3'-hydroxyechinenone, beta-cryptoxanthin, oscillaxanthin, plus the phycobiliproteins c-phycocyanin and allophycocyanin.

Evidence of health and healing effects

Despite existing research supporting Spirulina's health and healing properties, detractors claim that these are frequently overstated by Spirulina advocates. Conversely, Spirulina advocates have accused health food detractors of dismissing all such claims without acknowledging this research. Two online publications exemplify these opposing positions, respectively: Wellness Letter on Blue-Green Algae, and Superfoods For Optimum Health: Chlorella and Spirulina. Many positive claims are based on research done on individual nutrients that Spirulina contains, such as GLA, various antioxidants, etc., rather than on direct research using Spirulina. What follows is research on the health and healing effects of Spirulina. In vitro research (e.g., studying cells in a petri dish) may suggest the possibility of similar results in humans but, due to the drastically different conditions of the research, provides only hints at the potential for human effects. Animal research can also provide evidence of potential human effects. Human research focuses on actual effects in humans - however, the validity and reliability of the research depends on the design of the study. The strongest evidence comes from well designed and controlled clinical trials, which are one type of human research study.

In vitro research

Spirulina extract inhibits HIV replication in human T-cells, peripheral blood mononuclear cells (PBMC), and Langerhans cells.

Animal research

Spirulina helps prevent heart damage caused by chemotherapy using Doxorubicin, without interfering with its anti-tumor activity. Spirulina reduces the severity of strokes and improves recovery of movement after a stroke; reverses age-related declines in memory and learning; and prevents and treats hay fever.

Human Research

Spirulina is effective for the clinical improvement of melanosis and keratosis due to chronic arsenic poisoning; improves weight-gain and corrects anemia in both HIV-infected and HIV-negative undernourished children; and protects against hay fever. A 2007 study found that 36 volunteers taking 4.5 grams of spirulina per day, over a six week period, exhibited significant changes in cholesterol and blood pressure: (1) lowered total cholesterol; (2) increased HDL cholesterol; (3) lowered triglycerides; and (4) lowered systolic and diastolic blood pressure. However, as this study did not contain a control group, researchers can not be confident that the changes observed are due totally - or even partially - to the effects of the Spirulina Maxima as opposed to other confounding variables (i.e., history effects, maturation effects, demand characteristics). Spirulina has also been found to be clinically effective against allergic rhinitis, a condition that can lead to chronic sinusitis. Organic Certifi

Organic Certification

Until recently, much spirulina was certified organic. In 2002, the USDA's National Organic Standards Board voted to disallow the use of Chilean nitrate. They granted a three-year window to spirulina producers, which expired in 2006. As a result, leading spirulina manufacturers have stopped labelling their spirulina as organic, citing safety concerns of nitrate alternatives. However one company based in India, Parry Nutraceuticals started producing organic Spirulina meeting revised USDA requirements as of March 2006, using a vegetarian source of nitrogen and phosphorous.

Advocates

The United Nations World Food Conference in 1974 lauded Spirulina as the 'best food for the future'. Recognizing the inherent potential of Spirulina in the sustainable development agenda, several Member States of the United Nations came together to form an intergovernmental organization by the name of IIMSAM, the Intergovernmental Institution for the use of Micro-algae Spirulina Against Malnutrition. IIMSAM aspires to build a consensus with the UN Member States, international community and other stakeholders to make Spirulina a key driver to eradicate malnutrition, achieve food security and bridge the health divide throughout the world.

Spirulina has been proposed by both NASA (CELSS) and the European Space Agency (MELISSA) as one of the primary foods to be cultivated during long-term space missions.


What Is Spirulina

Spirulina is a blue-green algae. It is a simple, one-celled form of algae that thrives in warm, alkaline fresh-water bodies. The name "spirulina" is derived from the Latin word for "helix" or "spiral"; denoting the physical configuration of the organism when it forms swirling, microscopic strands.

Spirulina is being developed as the "food of the future" because of its amazing ability to synthesize high-quality concentrated food more efficiently than any other algae. Most notably, Spirulina is 65 to 71 percent complete protein, with all essential amino acids in perfect balance. In comparison, beef is only 22 percent protein.

Spirulina has a photosynthetic conversion rate of 8 to 10 percent, compared to only 3 percent in such land-growing plants as soybeans.

Spirulina also provides high concentrations of many other nutrients - amino acids, chelated minerals, pigmentations, rhamnose sugars (complex natural plant sugars), trace elements, enzymes - that are in an easily assimilable form.

Even though it is single-celled, Spirulina is relatively large, attaining sizes of 0.5 millimeters in length. This is about 100 times the size of most other algae, which makes some individual Spirulina cells visible to the naked eye. Furthermore, the prolific reproductive capacity of the cells and their proclivity to adhere in colonies makes Spirulina a large and easily gathered plant mass.

The algae are differentiated according to predominating colorations, and are divided into blue-green, green, red and brown. Spirulina is one of the blue-green algae due to the presence of both chlorophyll (green) and phycocyanin (blue) pigments in its cellular structure.

Even though Spirulina is distantly related to the kelp algae, it is not a sea plant. However, the fresh-water ponds and lakes it favors are notably more alkaline - in the range of 8 to 11 pH than ordinary lakes and cannot sustain any other forms of microorganisms. In addition, Spirulina thrives in very warm waters of 32 to 45 degrees C (approximately 85 to 112 degrees F), and has even survived in temperatures of 60 degrees C (140 degrees F)

Certain desert-adapted species will survive when their pond habitats evaporate in the intense sun, drying to a dormant state on rocks as hot as 70 degrees Centigrade (160 degrees F). In this dormant condition, the naturally blue-green algae turns a frosted white and develops a sweet flavor as its 71 percent protein structure is transformed into polysaccharide sugars by the heat.

Some scientists speculate that the "manna" of the wandering Israelites, which appeared miraculously on rocks following a devastating dry spell and was described as tasting "like wafers made with hone " may have been a form of dried, dormant Spirulina.

This ability of Spirulina to grow in hot and alkaline environments ensures its hygienic status, as no other organisms can survive to pollute the waters in which this algae thrives. Unlike the stereotypical association of microorganisms with "germs" and "scum", Spirulina is in fact one of the cleanest, most naturally sterile foods found in nature.

Its adaptation to heat also assures that Spirulina retains its nutritional value when subject to high temperatures during processing and shelf storage, unlike many plant foods that rapidly deteriorate at high temperatures.

Spirulina is also unusual among algae because it is a "nuclear plant" meaning it is on the developmental cusp between plants and animals. It is considered somewhat above plants because it does not have the hard cellulose membranes characteristic of plant cells, nor does it have a well-defined nucleus. Yet its metabolic system is based on photosynthesis, a process of direct food energy production utilizing sunlight and chlorophyll, which is typical of plant life forms.

In essence, Spirulina straddles that fork in evolutionary development when the plant and animal kingdoms differentiated. Thus it embodies the simplest form of life. In contrast, other algae such as Chlorella have developed the hard indigestible walls characteristic of plants.

The information provided above is intended for educational purposes only. It is not meant to either directly or indirectly give medical advice or prescribe treatment. Unless specifically referenced, the information has not been scientifically validated or approved by any government or regulatory agency. Please consult with your physician or other licensed health care professional for medical diagnosis, prescription, and treatment.
Ampuhnyaspirulinaatasipenyakit

Pekerjaan Liana Wati sehari-hari mengunjungi dan menghibur para pasien di sebuah panti. Namun, pada penghujung 2000, jangankan menghibur mereka, menghibur diri sendiri pun tak mampu. Ia mengurung diri di kamar sejak dokter mendiagnosis ia mengidap hepatitis C. Penyakit maut itu ketahuan bercokol di hatinya ketika ia mengecek kondisi kesehatan untuk memperoleh polis asuransi. Ibu 2 putri itu pun menolak dijenguk lantaran ia enggan mendengar lagi ucapan: hepatitis C tak dapat disembuhkan.

Liana Wati ingin mengelak dari diagnosis itu. Sayang, ketika mengecek ke laboratorium lain, hasilnya sama: hepatitis C. Sepekan setelah diagnosis itu, perempuan kelahiran Padang 18 Maret 1935 itu ambruk. Ia tak bertenaga seolah tubuh tanpa tulang-belulang. Seluruh aktivitas dilangsungkan di atas pembaringan. Seorang dokter dan 3 sinse menangani kesehatannya.

Namun, kondisinya kian memburuk, tubuhnya kurus kering. Sebulan berselang atas saran kerabat, nenek 4 cucu itu mencoba spirulina cair. Dosisnya 2 sachet-masing-masing 14,8 ml-3 kali sehari. Keesokan harinya ia menghentikan konsumsi seluruh obat dokter. Pada hari kedua, ia merasa amat bertenaga. Enam bulan berselang, Liana mengecek kondisi lever. Hasilnya, virus mematikan penyebab hepatitis C itu enyah. Liana sembuh.

Ir Badriatur Rahmaniah (43 tahun) juga merasakan faedah spirulina. Alumnus Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu menderita kanker payudara stadium II B. Operasi yang disarankan dokter ditolak. Beruntung seorang dokter memperkenalkan spirulina. Ia mengkonsumsi 1 sachet spirulina sehari. Rasanya tubuh lebih segar. Mulai Februari 2005, dua sachet spirulina diminum setiap hari. Dua pekan berselang, benjolan mengecil.

Hasil pemeriksaan di RSAD Gatot Subroto, sel kanker mengecil, dari 2,5 x 1,5 x 1,0 cm3 menjadi 1 x 0,62 x 0,62 cm3. Bobot tubuh meningkat dari 45 kg menjadi 50 kg. Dalam waktu dekat, ia berencana memeriksakan diri ke dokter. Yang merasakan manfaat spirulina tak hanya Liana Wati. Kusnadi Prawira yang mengidap jantung koroner, Tri Ayurina (kanker payudara), Andreana Subiyati (stroke) hanya beberapa pasien sembuh setelah mengkonsumsi spirulina.

Supermini

Di tengah maraknya penggunaan bahan alam, spirulina salah satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko. Wajar jika keamanan mengkonsumsi spirulina terjamin. Pun bagi anak-anak dan perempuan hamil. “Spirulina makanan yang mempunyai sejarah panjang dari segi keamanannya. Namun, mutunya tergantung tempat tumbuh. Spirulina tercemar tentu berbahaya,” ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor. Dosis anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih? “Karena berfungsi sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau diberikan dalam dosis tinggi,” katanya. Kini popularitas tumbuhan bersel satu itu melambung. Banyak dokter di Indonesia yang menyarankan-jika tak boleh disebut meresepkan-tanaman obat itu. Spirulina merupakan ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm. Sebutan spirulina mengacu pada bentuknya yang spiral. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, terdapat banyak spesies spirulina yang hidup di air laut, payau, dan tawar. Spirulina yang hidup di laut mampu tumbuh pada kedalaman hingga 600 m. Dibandingkan dengan sinar matahari yang diterima tumbuhan darat, intensitas sinar matahari yang menembus air dan diterima spirulina jauh lebih sedikit. “Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim, maka ia mempunyai kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi tinggi. Oleh karena itu spirulina banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan kesehatan,” ujar Wahyu Suprapto, herbalis di Batu, Jawa Timur.

Terlengkap
Spirulina itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan menyembuhkan beragam penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu menjadi panasea-obat mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob Capelli, vice president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di dunia-mengungkapkan, “Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain karena mengandung nutrisi paling lengkap.”

Capelli yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di Kailua, Hawaii, tak berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina adalah betakaroten, zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif itu masing-masing 23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. “Spirulina mempunyai kekayaan antioksidan yang luar biasa untuk menetralisir radikal bebas,” ujar ahli herba alumnus Rutgers Uniersity itu.

Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun terdiri atas sel berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani kedua sel itu sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil riset Hayashi dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang.

Ia membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi Spirulina platensis lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat itu meningkat. Selain itu jumlah sel fagosit juga melambung.

Membangun sel
Menurut Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas Airlangga, orang sakit karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme sel. “Kerja sel ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan,” ujarnya. Oleh karena itu setiap sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar dapat bekerja dengan baik. Kata dr Oetjoeng Handajanto, ahli terapi kolon, salah satu sumber nutrisi terbaik bagi sel adalah spirulina.

Kandungan gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh sehingga melancarkan pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh memperbaiki sel-sel rusak. Hal senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya itu spirulina memulihkan penyakit degeneratif alias menurunnya fungsi-fungsi sel.

“Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi membangun sel-sel tubuh. Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan sel-sel otak sehingga mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi sel,” katanya. Namun, menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada spirulina-mencapai 70%, tidak serta-merta meregenerasi sel. “Tergantung bagaimana tubuh mencerna zat itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna menjadi asam amino, hormon, atau hanya menjadi energi. Protein adalah salah satu sumber energi,” ujarnya.

Komari, doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina adalah kandungan vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang. Kadar vitamin K mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang memenuhi 80% kebutuhan tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan kromium pada spirulina mencapai 21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi penderita diabetes untuk merangsang kinerja pankreas memproduksi insulin.

Masih ada faedah lain spirulina. “Klorofil yang tinggi berguna sebagai detoksifi kasi atau mengeluarkan racun termasuk radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas memicu beragam penyakit seperti kanker,” ujar dr Maria Theresia Karnadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim superoksida dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal bebas.

Radikal bebas merupakan atom yang tak memiliki pasangan sehingga reaktif merusak jaringan. Disebut radikal bebas karena mempunyai kebebasan untuk melakukan pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar. “Stres dan pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas,” ujar dr Oetjoeng Handajanto lulusan Fakultas Kedokteran Universität Bochum Jerman. Nah, SOD mampu mengikat radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak lagi mampu mengikat.

Singkat kata thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan daun sejati-itu mampu mendongkrak kekebalan tubuh. “Jika daya tahan tubuh meningkat, mengurangi serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel darah putih tak mampu melawan penyebab penyakit,” ujar dr Oetjoeng Handajanto.

Banyak cara
Selain bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan sebagai terapi kuratif untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana Syah MS PhD, peneliti bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina mempunyai komponen yang khas bernama oligosakarida. “Ternyata oligosakarida menjadi antivirus, antitumor, dan mencegah penyebaran kanker,” ujar doktor Kimia alumnus University of Western Australia itu.

Bagaimana spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran spirulina mampu menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa zat kimia yang tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran tumbuhan itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis kode gen deoxynucleutide acid (DNA). Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan sehat.

Dokter Oetjoeng menuturkan pada kasus kanker, spirulina berperan mengatrol pH darah. Harap mafhum, tingkat keasaman darah penderita kanker amat rendah 5,7-6,5. Padahal, idealnya pH darah 7,3. “Bila pH darah turun terus, darah kehabisan oksigen dan berakibat kematian,” ujar dokter berusia 55 tahun itu. Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa.

Sel kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam seperti daging, telur, dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam menyebabkan oksigenasi darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai. Tubuh cuma memerlukan makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan spirulina tak cuma itu.

Dalam khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina segar bersifat dingin dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau menghancurkan. “Oleh karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami pembengkakan atau benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak itu biasanya panas sehingga diobati dengan bahan yang bersifat dingin,” ujar William Aditeja, dokter alumnus Beijing University of Traditional Chinese Medicine.

Menurut Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit: yin dan yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang dan kondisi yin diberi obat yin, justru makin sakit. “Spirulina itu mempunyai karakteristik yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala yang,” ujarnya. Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu yang dingin-contohnya diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe yin ditandai dengan kerap berurine.

Makanan
Spirulina kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair, dan tablet. Itu hasil olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti khasiatnya oleh berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond Interest merilis merek Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken Spirulina), PT K-Link Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor Inma (Spirulina Pasifica), PT Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT Surya Pagoda Mas (Revita), dan PT Ultratrend Biotech (Spiruplus).

Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar, payau, dan laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru. Syaratnya antara lain pH 8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula tumbuhan itu amat adaptif di berbagai kondisi perairan.

Lokasi budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti Amerika Serikat dan Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan teknologi pengeringan beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan asam lemak lain. Bahan bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau cairan spirulina. Produk mereka itu kini merambah pasar dan menjadi harapan kesembuhan bagi para pasien.

Memang banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi beragam penyakit. Meski begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim spirulina bukan obat, tapi makanan fungsional. “Spirulina memang tidak mengobati, tubuh memperbaiki diri sendiri,” ujar dokter Oetjoeng. Ia menganalogikan montir bila gagal menemukan onderdil, mobil tetap rusak dan tak dapat berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah makanan, spirulina “onderdil” yang amat lengkap lantaran memberikan semua yang dibutuhkan tubuh.

Namun, menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi suplemen tak perlu bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang sesuai kebutuhan. “Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat dalam makanan lain,” ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi spirulina ketika sakit mereka tak kunjung sembuh, meski berbagai pengobatan ditempuh seperti dialami Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus. Sebulan setelah rutin mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat menjadi 13 gram per dl dari sebelumnya 7 gram per dl.

Ahli gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen tetap diperlukan untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi spirulina lengkap dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam. Kandungan senyawa aktif itulah yang membantu mewujudkan harapan kesembuhan banyak pasien.

Sumber: Majalah Trubus

Olah Spirulina Saat Liliput Berubah Wujud

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:22:22

Olah Spirulina
Saat Liliput Berubah Wujud

Hamparan jaring peneduh yang melingkupi 2 hektar lahan di Distrik Dong Ying, Provinsi Shandong, RRC Utara, terlihat megah. Di bawahnya tampak kolam-kolam berukuran besar berisi air kehijauan. Dari sanalah serbuk-serbuk spirulina yang tengah dikemas karyawan sebuah pabrik di kawasan Cikarang, Bekasi, berasal. Fenomena itu tak ubahnya di Kepong, Malaysia yang mengemas spirulina kiriman dari Hawaii, Amerika Serikat.

Spirulina yang dipasarkan dalam berbagai kemasan di tanahair memang semuanya impor, antara lain dari Cina, Jepang, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia bukannya tidak ada tempat cocok untuk pengembangbiakan makhluk berukuran mikroskopik itu. Alasan belum ada investor yang memandang spirulina sebagai makanan kesehatan itulah yang paling tepat dikedepankan.

Memang tidak banyak tempat bisa dijadikan ladang pengkulturan spirulina. Jasad liliput itu butuh persyaratan spesifik untuk hidupnya. Selain perairan basa, pH di atas 8,5, tempat itu harus steril dari pencemaran udara, seperti debu dan zat-zat kimia berbahaya. Bahkan menurut Prof Riset I Nyoman Kabinawa, ahli teknologi kultur mikroalga Indonesia, lingkungan pun harus tenang.

Itulah sebabnya Ultra Trend Biotech produsen Spiruplus memilih Dong Ying di Provinsi Shandong, RRC Utara, untuk lokasi budidaya. Kami butuh waktu 1 bulan untuk mengapalkan serbuk spirulina hingga Cikarang, ungkap Billy Gan, presiden direktur Ultra Trend Biotech Indonesia.

Pembudidayaan spirulina juga dilakukan oleh Cyanotech Company di Hawaii, Amerika Serikat, tetapi kondisi tempatnya berbeda. Produsen spirulina yang didistribusikan dengan nama Luxor itu menambang spirulina di lautan bebas. Hampir tak ada perbedaan cara pengolahannya. Sebab, keduanya sama-sama dibudidayakan di aliran air tenang. Berikut pembudidayaan spirulina seperti yang dituturkan Billy Gan dari Ultra Trend Biotech dan Bob Capelli dari Cyanotech Company langsung kepada Trubus.

  1. Kedua perusahaan, Ultra Trend Biotech dan Cyanotech Company membudidayakan jenis Spirulina platensis. Bibit spirulina diperoleh secara kultivasi di laboratorium. Setelah penyeleksian selesai, terpilihlah bibit spirulina terbaik. Bibit itu lantas dimasukkan ke dalam galon masing-masing bervolume 19 liter. Galon itu berisi nutrisi agar ganggang biru-hijau itu tumbuh lebih cepat. Sebab, untuk mengisi seluruh kolam paling tidak dibutuhkan bibit sebanyak 10 galon.
  2. Bibit itu dimasukkan ke dalam kolam perbanyakan. Pemindahan bibit dilakukan pada awal Mei. Pada bulan itu suhu di Dong Ying cukup hangat, 20ºC, cocok untuk memulai budidaya. Kolam terbuat dari semen, berukuran tinggi 60 cm, lebar 6 m, dan panjang mencapai 100 m. Kolam ini diisi air tawar sampai ketinggian 30 cm. Air yang digunakan dipompa dari dalam tanah agar kebersihannya terjamin. Beda halnya dengan pembudidayaan spirulina di Cyanotech Company. Sumber air yang digunakan berasal dari dasar laut yang kedalamannya mencapai 6.000 meter. Air itu masih murni dengan kandungan mineral lengkap, kata Bob Capelli.
  3. Setiap kolam dilengkapi pemutar yang digerakkan listrik, dengan kecepatan 3-4 m/detik. Pemutar ini digunakan untuk mengaduk air kolam, sehingga semua bibit spirulina dapat memperoleh sinar matahari. Apabila air tidak diputar, sinar matahari hanya mengenai spirulina di permukaan atas kolam. Setiap hari ditambahkan mineral ke dalam kolam. Unsur-unsur seperti nitrogen, potasium, besi, serta unsur penting lainnya dapat meningkatkan kualitas spirulina.
  4. Musim tanam atau penyebaran bibit spirulina dilakukan pada Mei hingga Oktober. Spirulina sudah bisa dipanen 3-5 hari kemudian. Pemanenan dilakukan setiap hari. Bahkan, saat puncak musim panas, panen spirulina berlangsung setiap jam agar terhindari dari ledakan populasi. Cara panen, air kolam di pompa dan dimasukkan ke penyaring. Lantas spirulina yang tersaring dicuci menggunakan air bersih agar semua kotoran hilang. Setelah bersih, spirulina itu dikeringkan lantaran masih mengandung 80% air. Sedangkan air yang keluar dari saringan dimasukkan kembali ke dalam kolam.
  5. Spirulina yang telah dicuci dimasukkan ke spray drier. Panas yang disemprotkan mesin mengubah bentuk spirulina, dari cairan menjadi bubuk kering. Teknologi lain diaplikasikan Cyanotech. Pengalaman 23 tahun memproduksi spirulina Cyanotech menemukan proses teknologi ocean chill drying. Proses pengeringan beku itu menjamin tidak terjadinya oksidasi terhadap karoten dan asam lemak spirulina. Produk bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
  6. Bubuk spirulina dikemas dalam vacuum pack lalu disimpan ke dalam tong terbuat dari kertas. Dari Shandong, Cina, Ultra Trend Biotech mengirimkan 200 tong masing-masing berisi 50 kg bubuk spirulina melalui laut ke Indonesia. Setelah 30 hari perjalanan, sampailah di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan Cyanotech mengirimkan bubuk spirulinanya ke Kepong, Kualalumpur, Malaysia.
    Setibanya di pabrik pengemasan, bubuk spirulina langsung masuk ruang penyimpanan berpendingin. Saat akan diolah serbuk berwarna hijau itu baru dikeluarkan. Ada yang memasukkan serbuk itu ke dalam kapsul, ada juga yang dibentuk menjadi tablet. Dalam satu hari, masing-masing perusahaan mampu mencetak 250.000 kapsul dan tablet spirulina. Setelah dikemas dalam botol dan kardus, produk siap dipasarkan ke konsumen di seluruh Indonesia. (Lani Marliani/Peliput: Vina Fitriani)