Olah Spirulina Saat Liliput Berubah Wujud

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:22:22

Olah Spirulina
Saat Liliput Berubah Wujud

Hamparan jaring peneduh yang melingkupi 2 hektar lahan di Distrik Dong Ying, Provinsi Shandong, RRC Utara, terlihat megah. Di bawahnya tampak kolam-kolam berukuran besar berisi air kehijauan. Dari sanalah serbuk-serbuk spirulina yang tengah dikemas karyawan sebuah pabrik di kawasan Cikarang, Bekasi, berasal. Fenomena itu tak ubahnya di Kepong, Malaysia yang mengemas spirulina kiriman dari Hawaii, Amerika Serikat.

Spirulina yang dipasarkan dalam berbagai kemasan di tanahair memang semuanya impor, antara lain dari Cina, Jepang, India, dan Amerika Serikat. Di Indonesia bukannya tidak ada tempat cocok untuk pengembangbiakan makhluk berukuran mikroskopik itu. Alasan belum ada investor yang memandang spirulina sebagai makanan kesehatan itulah yang paling tepat dikedepankan.

Memang tidak banyak tempat bisa dijadikan ladang pengkulturan spirulina. Jasad liliput itu butuh persyaratan spesifik untuk hidupnya. Selain perairan basa, pH di atas 8,5, tempat itu harus steril dari pencemaran udara, seperti debu dan zat-zat kimia berbahaya. Bahkan menurut Prof Riset I Nyoman Kabinawa, ahli teknologi kultur mikroalga Indonesia, lingkungan pun harus tenang.

Itulah sebabnya Ultra Trend Biotech produsen Spiruplus memilih Dong Ying di Provinsi Shandong, RRC Utara, untuk lokasi budidaya. Kami butuh waktu 1 bulan untuk mengapalkan serbuk spirulina hingga Cikarang, ungkap Billy Gan, presiden direktur Ultra Trend Biotech Indonesia.

Pembudidayaan spirulina juga dilakukan oleh Cyanotech Company di Hawaii, Amerika Serikat, tetapi kondisi tempatnya berbeda. Produsen spirulina yang didistribusikan dengan nama Luxor itu menambang spirulina di lautan bebas. Hampir tak ada perbedaan cara pengolahannya. Sebab, keduanya sama-sama dibudidayakan di aliran air tenang. Berikut pembudidayaan spirulina seperti yang dituturkan Billy Gan dari Ultra Trend Biotech dan Bob Capelli dari Cyanotech Company langsung kepada Trubus.

  1. Kedua perusahaan, Ultra Trend Biotech dan Cyanotech Company membudidayakan jenis Spirulina platensis. Bibit spirulina diperoleh secara kultivasi di laboratorium. Setelah penyeleksian selesai, terpilihlah bibit spirulina terbaik. Bibit itu lantas dimasukkan ke dalam galon masing-masing bervolume 19 liter. Galon itu berisi nutrisi agar ganggang biru-hijau itu tumbuh lebih cepat. Sebab, untuk mengisi seluruh kolam paling tidak dibutuhkan bibit sebanyak 10 galon.
  2. Bibit itu dimasukkan ke dalam kolam perbanyakan. Pemindahan bibit dilakukan pada awal Mei. Pada bulan itu suhu di Dong Ying cukup hangat, 20ÂșC, cocok untuk memulai budidaya. Kolam terbuat dari semen, berukuran tinggi 60 cm, lebar 6 m, dan panjang mencapai 100 m. Kolam ini diisi air tawar sampai ketinggian 30 cm. Air yang digunakan dipompa dari dalam tanah agar kebersihannya terjamin. Beda halnya dengan pembudidayaan spirulina di Cyanotech Company. Sumber air yang digunakan berasal dari dasar laut yang kedalamannya mencapai 6.000 meter. Air itu masih murni dengan kandungan mineral lengkap, kata Bob Capelli.
  3. Setiap kolam dilengkapi pemutar yang digerakkan listrik, dengan kecepatan 3-4 m/detik. Pemutar ini digunakan untuk mengaduk air kolam, sehingga semua bibit spirulina dapat memperoleh sinar matahari. Apabila air tidak diputar, sinar matahari hanya mengenai spirulina di permukaan atas kolam. Setiap hari ditambahkan mineral ke dalam kolam. Unsur-unsur seperti nitrogen, potasium, besi, serta unsur penting lainnya dapat meningkatkan kualitas spirulina.
  4. Musim tanam atau penyebaran bibit spirulina dilakukan pada Mei hingga Oktober. Spirulina sudah bisa dipanen 3-5 hari kemudian. Pemanenan dilakukan setiap hari. Bahkan, saat puncak musim panas, panen spirulina berlangsung setiap jam agar terhindari dari ledakan populasi. Cara panen, air kolam di pompa dan dimasukkan ke penyaring. Lantas spirulina yang tersaring dicuci menggunakan air bersih agar semua kotoran hilang. Setelah bersih, spirulina itu dikeringkan lantaran masih mengandung 80% air. Sedangkan air yang keluar dari saringan dimasukkan kembali ke dalam kolam.
  5. Spirulina yang telah dicuci dimasukkan ke spray drier. Panas yang disemprotkan mesin mengubah bentuk spirulina, dari cairan menjadi bubuk kering. Teknologi lain diaplikasikan Cyanotech. Pengalaman 23 tahun memproduksi spirulina Cyanotech menemukan proses teknologi ocean chill drying. Proses pengeringan beku itu menjamin tidak terjadinya oksidasi terhadap karoten dan asam lemak spirulina. Produk bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
  6. Bubuk spirulina dikemas dalam vacuum pack lalu disimpan ke dalam tong terbuat dari kertas. Dari Shandong, Cina, Ultra Trend Biotech mengirimkan 200 tong masing-masing berisi 50 kg bubuk spirulina melalui laut ke Indonesia. Setelah 30 hari perjalanan, sampailah di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan Cyanotech mengirimkan bubuk spirulinanya ke Kepong, Kualalumpur, Malaysia.
    Setibanya di pabrik pengemasan, bubuk spirulina langsung masuk ruang penyimpanan berpendingin. Saat akan diolah serbuk berwarna hijau itu baru dikeluarkan. Ada yang memasukkan serbuk itu ke dalam kapsul, ada juga yang dibentuk menjadi tablet. Dalam satu hari, masing-masing perusahaan mampu mencetak 250.000 kapsul dan tablet spirulina. Setelah dikemas dalam botol dan kardus, produk siap dipasarkan ke konsumen di seluruh Indonesia. (Lani Marliani/Peliput: Vina Fitriani)

Dari Nongnong hingga Kebal Herpes

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:33:54

Dari Nongnong hingga Kebal Herpes

Tidak ada yang memikat saat pertama kali melihat penampilan blue unique track milik Kabinawa. Lou han itu hanya dihiasi nongnong kecil. Namun perubahan besar terjadi setelah Kabinawa memberi campuran 1,5-7,5% spirulina ke dalam pakan. Tak sampai 8 minggu, nongnong blue unique tampak besar. Bahkan melebihi ukuran kepala. Dengan penampilan baru itu seorang hobiis di Jakarta langsung menawar hingga Rp30-juta.

Bagi penggemar lou han, memiliki ikan bernongnong besar sebuah kebanggaan. Nongnong besar diyakini memberi umur panjang pada pemiliknya. Wajar banyak hobiis berlomba mencari lou han bernongnong besar. Nongnong yang besar itu dapat dibuat, ujar Kabinawa. Melalui serangkaian percobaan, profesor riset dari LIPI itu menunjukkan ganggang biru-hijau itu bisa membuat nongnong lou han besar.

Menurut Kabinawa, nongnong pada lou han merupakan tempat menyimpan cadangan makanan. Di dalamnya berisi lipoprotein dan nutrisi pelengkap lain. Nongnong dapat mengecil karena cadangan makanan yang ada diserap menjadi energi. Untuk menghindari cadangan makanan itu terpakai, spirulina dapat menjadi pengganti. Spirulina mengandung nutrisi untuk menghasilkan energi, ujar Kabinawa.

Antistres

Kandungan protein dan lemak yang tinggi dalam spirulina membuat ganggang renik itu menjadi salah satu campuran pakan. Menurut penelitian Kabinawa, spirulina mengandung protein 65-70%. Itu lebih tinggi daripada telur yang hanya 12%. Nilai itu juga melampaui protein asal daging dan ikan, 15-25%. Senyawa lain yang dimiliki spirulina adalah 15-25% karbohidrat, 7-13% mineral, 8-10% serat, dan 3% air. Semua senyawa itu cukup sebagai sumber energi di tubuh.

Spirulina dengan kandungan B12-nya yang cukup tinggi mujarab meningkatkan kekebalan tubuh ikan dari gangguan penyakit. Pemakaian pada bibit dapat menekan tingkat kematian hingga 14%. Keistimewaan lain, mempercepat pertumbuhan sampai 19%. Bahkan bila 2,5% spirulina dicampurkan pada pakan, sirip ikan tumbuh 25% lebih cepat.

Stres juga dapat dihalau dengan spirulina. Itu lantaran ia mengandung antioksidan yang dapat memasok cukup oksigen terlarut di tubuh. Ikan yang stres saat pindah dari kolam dapat pulih dalam waktu singkat dengan pemberian spirulina selama 10 hari berturutturut, ujar Agnes Maria, staf ahli riset dan pengembangan akuakultur PT Central Proteinaprima di Jakarta.

Kinclong

Serangkaian keunggulan itu membuat spirulina banyak dimanfaatkan sebagai campuran pakan. Tak hanya lou han, tapi ikan hias lain seperti koi, diskus, dan maskoki. Contohnya koi. Koi tidak mempunyai pigmen penentu warna. Padahal, kecantikan koi terletak pada kecerahan warna pola tubuh. Itu dapat diatasi dengan pemberian pakan yang mengandung spirulina, ujar Agnes.

Hasil penelitian Balitbang Zoologi-LIPI Cibinong menunjukkan pakan yang mengandung 6-7% spirulina dapat mencerahkan warna bila diberikan selama 20 hari berturut-turut. Artinya bila kebutuhan pakan mencapai 100 g, maka 6 g di antaranya spirulina. Peternak koi di Blitar sudah biasa menambahkan 5-10 g/hari spirulina ke dalam pakan untuk setiap 25 koi.

Bukan tanpa sebab spirulina dapat mencerahkan warna ikan. Itu lantaran spirulina mengandung pigmen astasantin dan zeaksantin. Kedua pigmen itu yang dapat memekatkan warna terutama corak merah. Kandungan penting lain adalah betakaroten. Pigmen pendongkrak warna merah itu jumlahnya mencapai 0,14-0,19% dalam spirulina. Warna merah pada koi bisa keluar dengan betakaroten, ujar Agnes.

Hambat virus herpes

Spirulina pun memberi manfaat pada hewan lain seperti hamster dan ayam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Profesor Ernest Ross dari University of Hawaii and Warren Dominy of the Oceanic Institute di Amerika Serikat, asupan spirulina dapat meningkatkan fertilitas sampai 96,1% bila digunakan pada burung.

Di Afrika, spirulina banyak terdapat di bukit-bukit yang dihuni oleh ratusan burung flaminggo. Mereka memakan alga berbentuk spiral itu sehingga warna bulunya yang putih berubah merah jambu. Tak hanya warna putih, spirulina juga dapat mendongkrak warna kuning, merah, hijau, dan biru menjadi cerah, serta bulu terlihat lebih halus.

Para peneliti di National Cancer Institute di Amerika Serikat pernah menguji pemberian spirulina pada hamster. Hasilnya, hamster kebal terhadap herpes dan kanker. Itu lantaran kandungan sulfoglycolipid yang dimiliki spirulina. Senyawa itu bahkan diyakini dapat melawan virus AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh.

Menurut Kabinawa, pemberian spirulina pada ayam petelur dapat memerahkan warna kuning telur. Untuk ayam pedaging, alga biru kehijauan itu membuat daging lebih kenyal sehingga setelah dimasak menjadi empuk dan gurih. Serangkaian manfaat itulah yang menjadikan spirulina pantas diberikan sebagai pakan hewan, tidak semata untuk kesehatan manusia. (Lastioro Anmi Tambunan)

Spirulina sebagai pakan

Komoditas Manfaat
Larva udang windu Meningkatkan growth rate (GR), survival rate (SR) dan warna
Ayam petelur Warna kuning telur menjadi pekat grade 11-12
Ayam pedaging Karkas tinggi, daging empuk dan gurih, organ dalam hati dan ampela berwarna merah darah
Diskus marlboro red Mencerahkan warna
Platy Mencerahkan warna
Koi Mencerahkan warna
Oscar Mencerahkan warna
Lou han Meningkatkan GR dan SR anakan, memekatkan rajah, mencerahkan warna, menstimulasi nongnong, mempercepat pematangan gonad
Ikan mujair, nila gift Meningkatkan GR,SR anakan dan daging gurih
Bandeng Meningkatkan GR,SR anakan dan daging gurih
Daphnia, moina Meningkatkan GR,SR dan nafsu makan
Burung hias Mencerahkan warna
Hamster Mencegah kanker dan virus herpes

Ganggang Biru-Hijau Vs Kanker Nasofaring

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:14:18

Ganggang Biru-Hijau Vs Kanker Nasofaring

Sepulang berkemah di kawasan Puncak, Cianjur, Tono-nama samaran-didera nyeri kepala berkepanjangan. Beberapa butir obat penghilang pusing ditelan, tapi nyeri itu seolah ajek. Kejadian 4 tahun silam itu diikuti munculnya benjolan sebesar telur puyuh di leher. Lita-sang ibunda-yang takut terjadi sesuatu segera membawanya ke Rumah Sakit Pluit di Jakarta Utara. Di sana dokter memvonis anak saya kena kanker nasofaring, tutur Lita.

Kabar mengejutkan itu sontak membuat semua persendian Lita terasa lemas. Ia benar-benar tak menduga anak sulungnya didera kanker. Ketika itu saya hanya bisa diam dan menangis. Saya merasa kasihan, ujar Lita. Saat palu vonis itu diketuk, Tono baru saja merayakan kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama. Ia memang mengisi waktu liburan dengan berkemah sambil menunggu pengumuman penerimaan dari sebuah Sekolah Menengah Atas di kawasan Jakarta Barat.

Benjolan itu tidak sengaja didapati. Rambut Tono yang panjang sebahu membuat benjolan itu tertutup. Herannya dia sendiri tidak merasa ada benjolan itu, ujar Lita. Maklum dengan bobot sekitar 80 kg, leher Tono tampak penuh lipatan kulit. Benjolan itu tampak setelah sang ayah mencukur rambutnya. Lo kok ini ada benjolan, ujar sang ayah seperti dituturkan Lita.

Saran dokter untuk melakukan biopsi-pemeriksaan jaringan hidup-membuat Lita ketakutan. Saya sering dengar biopsi menyebabkan kanker menyebar dan lebih ganas, ujarnya. Merasa tak puas, kelahiran Bangka-Belitung 45 tahun lalu itu mengecek Tono ke RS PGI Cikini di Jakarta Pusat. Kesimpulan sementara sama, perlu dilakukan biopsi.

Melalui bantuan kerabat dekat, Lita pun mengunjungi dokter spesialis kanker di bilangan Rawamangun. Setelah di CT Scan, dokter hanya bilang anak saya memang terkena kanker nasofaring stadium 1, ujarnya. Lita pun kembali dirujuk melakukan biopsi di RS Kanker Dharmais di Jakarta Barat.

Pengobatan alternatif

Pilihan biopsi sangat tidak diinginkan Lita. Setelah berembug bersama suami, Lita mencoba mencari pengobatan alternatif. Saya mendengar ada yang bisa menyembuhkan dengan pijitan di Sukabumi, ujar Lita. Tanpa pikir panjang, ia pun membawa Tono yang masih bisa beraktivitas normal ke sana. Sebulan pengobatan berjalan, hasilnya nihil. Benjolan itu malah tampak sedikit membesar.

Sebagai gantinya pengobatan herbal dipilih. Seorang pengobat di Kelapagading, Jakarta Utara, dikunjungi. Menurut sang pengobat, Tono harus meminum berbagai ramuan herbal. Salah satu di antaranya benalu teh. Sebungkus benalu itu dicuci bersh lalu direbus dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa segelas. Setelah dingin, air rebusan disaring untuk diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Setelah 2 minggu mengkonsumsi belum ada perubahan, malah batuk darah dan mimisan, ujar Lita.

Tak kunjung membaik, dokter spesialis kanker di Rawamangun didatangi kembali. Kini apa pun yang disarankan dokter itu diterima. Dokter menyuruh ke Dharmais untuk menjalani terapi pengobatan, ujar Lita. Di sana Tono mesti menjalani kombinasi pengobatan dengan penyinaran dan kemoterapi. Katanya perlu 32 kali penyinaran sampai sembuh, ujar Lita.

Perubahan terjadi saat menjalani penyinaran ke-15. Tiba-tiba Tono didera rasa sakit yang amat sangat di pinggang. Tak tega melihat kondisi itu, Lita pun meminta dokter memberi obat penghilang rasa sakit. Obat itu diberikan lewat mulut dan dubur. Ia hanya efektif selama 12 jam setiap kali pemberian, tutur Lita.

Rasa sakit Tono membuat dokter curiga. Lita pun disarankan memeriksa Tono kembali. Hasilnya memang mengejutkan. Kanker itu sudah menyebar sampai pinggang. Dokter memutuskan Tono perlu menjalani 14 kali penyinaran lagi di bagian pinggang.

Saat itu kondisi Tono sudah jauh menurun. Bobotnya menyusut 30 kg, kulitnya kusam, dan rambutnya rontok. Air ludahnya kering, wajahnya menghitam, gusinya pecah-pecah sampai keluar darah, dan semua kaki tangannya bengkak, kata Lita.

Minum spirulina

Ketakutan kanker itu menyebar terbukti. Tak hanya di pinggang, tulang ekor pun kini digerogoti kanker. Tono mesti menjalani 17 kali penyinaran lagi. Dokter yang menanganinya mewanti-wanti agar kakak Lita tidak menginformasikan soal harapan umur penderita kanker. Dokter menyebutkan dengan kondisi itu usia Tono diperkirakan tidak sampai 3 bulan lagi, ujar Lita meniru ucapan sang kakak. Sambil terus menjalani terapi penyinaran, Lita meminta izin agar Tono diperbolehkan pulang. Saat itu Lita mengaku pasrah. Saran sepupunya untuk membawa Tono berobat ke Singapura ditolak secara halus. Biarlah saya merawatnya semampu saya, ujar Lita yang saat itu hanya bisa memberi asupan susu formula pada Tono.

Menjelang Natal pada 2002, teman dekat suami memintanya mencoba memberi spirulina. Siapa tahu bisa membuat badan anakmu sedikit kuat, tutur teman itu memberi beberapa sachet spirulina. Kebetulan pula spirulina cair itu berasa stroberi. Anak saya paling suka rasa stroberi jadi agak gampang memberinya, ujar Lita.

Spirulina itu diberikan rutin 3 kali sehari. Awalnya tubuh Tono seakan menolak. Saat diminum, tak lama cairan itu dimuntahkan lagi. Namun setelah mencoba 3 kali, tubuh Tono pun bisa menerima. Dua minggu mengkonsumsi tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Kulitnya mulai kelihatan segar. Nafsu makannya timbul lagi, ujar Lita. Hampir 4 bulan rajin mengkonsumsi, kondisi Tono berangsur-angsur membaik. Wajahnya yang tadinya hitam mulai memutih kembali. Yang menggembirakan Lita, Tono sudah bisa berjalan normal meski agak tertatih-tatih. Kakinya masih sedikit bengkak, ujar Lita.

Setahun berlalu, Tono sudah tampak segar bugar. Bobotnya kembali normal seperti sediakala. Ia masih merasa cepat lelah saja, ujar Lita yang hingga kini terus mewajibkan Tono meminum 1 sachet spirulina setiap hari. Sekolahnya dulu sempat berhenti selama setahun sudah diteruskan kembali. Kalau lihat dia sekarang, saya kadang menangis karena tidak menyangka dia bisa membaik, tutur Lita.

Terbanyak ke-4

Merujuk data National Cancer Institute di Amerika Serikat, kanker nasofaring banyak terjadi pada ras Mongoloid yang tersebar di negara-negara Asia seperti Cina, Hongkong, Malaysia, Singapura, bahkan Indonesia. Kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung hingga menyebar ke kelenjar leher dan otak itu bisa diturunkan secara genetis.

Menurut Profesor Dr Karmel L Tambunan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kanker nasofaring kini menjadi salah satu kanker yang banyak penderitanya di tanahair. Penyebabnya diduga virus epstein barr. Virus itu juga ditemukan pada penyakit lain seperti herpes, ujar spesialis darah yang juga mendalami kanker itu. Salah satu pemicunya adalah makanan yang diawetkan dengan garam atau diasapkan.

Dalam paparan mengenai penyakit-penyakit kanker, Dr Gustav Quade dari Institute of Medical Biometry, Informatic and Epidemiology Universitat Bonn di Jerman menyebutkan pada stadium awal serangan kanker nasofaring tidak memberi gejala khas. Yang sering tampak hanya telinga berdenging, hidung mimisan atau tersumbat seperti pilek terusmenerus di salah satu sisi. Bila semakin parah, di leher, misalnya, akan tampak pembesaran getah bening yang terlihat seperti benjolan yang dialami Tono.

Satu-satunya pengobatan kanker yang bisa dilakukan dengan menjalani radioterapi dan kemoterapi, ujar Karmel. Pengobatan yang dilakukan pada Tono itu menurut Karmel sudah tepat. Meski demikian ia belum bisa menduga peran spirulina yang membuat kondisi Tono membaik. Mungkin membantu memperbaiki daya tahan tubuh saja, ujarnya. (Dian Adijaya S)

Singkap Tabir Faedah Bianglala

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:45:06

Singkap Tabir Faedah Bianglala

Mata kanan Prof I Nyoman Kabinawa mengintip lensa okuler pada mikroskop. Wajahnya berbinar ketika periset Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahunan Indonesia itu melihat cahaya hijau, biru, merah, dan kuning. Warna bak pelangi itu dipantulkan oleh spirulina yang diambil dari Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Melihat warna-warni spirulina, Prof I Nyoman Kabinawa yakin, Pasti spirulina kaya pigmen. Pigmen itu zat warna alami yang mengindikasikan makhluk supermini itu kaya nutrisi. Itulah penelitian Kabinawa pada awal 1980. Hasil riset membuktikan, spirulina kaya protein. Tujuh puluh persen sel spirulina mengandung protein. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan sumber lain seperti daging hewan dan ikan mengandung 15-25% protein, ayam (24%), kedelai dan susu (35%), kacang-kacangan (25%), dan biji-bijian (14-18%).

Menurut Keishiro Wada dari Departemen Biologi, Osaka University, Jepang, spirulina kaya asam amino. Dengan metode analisis sekuen, ia menemukan 16 jenis asam amino antara lain lisin, histidin, arginin, alanin, threonin, serine, glutamat, dan prolin. Beragamnya kandungan gizi spirulina meningkatkan keingintahuan peneliti tentang khasiatnya.

Antivirus

Penelitian awal khasiat spirulina terhadap kesehatan dilakukan oleh Lumsden dan D. O. Hall dari University of London King's College, London pada 1974. Mereka membuktikan kandungan zat besi spirulina lebih tinggi dibanding bayam.

Spirulina juga mengandung enzim superoksida dismutase penghambat kerusakan sel akibat radikal bebas, terutama sel kulit, jaringan otak, dan indra. Superoksida dismutase terbukti melindungi tubuh dari berbagai kerusakan DNA dan gangguan metabolisme seperti peroksidasi lemak, protein denaturasi, dan degradasi sel progresif. Para periset itu yakin spirulina mampu menggempur berbagai penyakit.

Penelitian efek antivirus dari ganggang pertama kali dilakukan oleh Gustafson KR dan Cardellina JH II dari National Cancer Institue pada 1989. Namun, ganggang yang digunakan berupa alga biruhijau Lyngbya lagerheimii dan Phormidium tenue. Komponen paling berpengaruh: sulfoglycolipids. Dalam risetnya, sel manusia yang diinduksi ganggang hijau pada konsentrasi tertentu ampuh menghadang serbuan infeksi virus HIV-1. Dari 600 jenis ganggang biru-hijau, efek antivirus hanya dimiliki 60 jenis, termasuk Spirulina platensis.

Itu dibuktikan oleh Hayashi dari Fakultas Ilmu Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang. Seperti dikutip Journal of Natural Production, Spirulina platensis menghambat replikasi herpes simplex virus (HSV-1) pada sel hela dengan konsentrasi 0,08-50 mg/m. Ekstrak itu tidak berefek mematikan virus, tetapi mengubah virus agar masuk ke dalam sel. Virus kemudian disintesis proteinnya hingga mengecil dan tak berdaya. Tak ada efek apa pun pada sel tubuh, bahkan mencegah pembesaran organ hati. Dosis spirulina yang aktif mematikan virus 0,173-26,3 mg/ml.

Kalsium spirulan

Efek antivirus spirulina berasal dari polisakarida sulfi t bernama kalsium spirulan. Ia menghambat replikasi virus yang terbungkus lemak. Tak hanya herpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang enyah, tapi juga human cytomegalovirus (HVMV), campak, mumps, dan influenza. Hayashi juga menemukan kalsium spirulan penghambat HIV-1.

Jika dibandingkan dengan dextran sulfat (DS)-zat sintesis anti-HIV-spirulina memiliki kekuatan 4-5 kali lebih besar. Sebab, kalsium spirulan bersifat antikoagulan lebih rendah dibanding DS, sehingga lebih mudah menghambat pergerakan virus. Kalsium spirulina juga memiliki waktu hidup pada aliran darah lebih lama dibandingkan DS. Oleh karena itu, spirulina digunakan dalam pengobatan AIDS.

Selain antivirus, spirulina juga terbukti antikanker. Penelitiannya dimotori oleh Mathew B dan Sankaranarayanan seperti dikutip Journal Nutrion of Cancer pada 1995. Riset itu melibatkan 87 pengidap leukopia-prakanker-akibat mengunyah tembakau. Sebanyak 44 orang diberi asupan spirulina 1 gram per hari, sedangkan 43 orang lainnya kapsul zat kimia untuk kanker. Hasilnya, sebaran kanker orang yang mengkonsumsi spirulina terhambat 45%, sedangkan yang mengasup obat kimia kanker hanya 7%.

Betakaroten juga berpengaruh terhadap kanker, kata Kabinawa. Menurut Henrickson dalam bukunya Spirulina, Earth Food, kandungan betakaroten spirulina paling tinggi dibandingkan sumber makanan lainnya, 23.000 IU per 10 g. Itu berarti 2 kali lebih tinggi daripada semangkuk wortel dan kentang, 4-5 kali lebih tinggi daripada Chlorella, atau 20 kali lebih tinggi daripada semangka. Lembaga Kanker Amerika membuktikan sayuran tinggi betakaroten menurunkan risiko semua jenis kanker.

GLA

Pada 1990, Iwata dan Munakata dalam Journal of Japan Society for Nutrition Food Science meneliti pengaruh spirulina terhadap pekerja berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Masing-masing pekerja diberikan 4,2 g serbuk spirulina per hari. Setelah 4 minggu terjadi penurunan 4,5% kadar kolesterol darah, dari 244 mg/dl menjadi 233 mg/dl dan LDL kolesterol turun 6,1%.

Oleh karena itu, periset Departemen Kesehatan dan Penyakit Dalam, Universitas Tokai, Jepang, menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping, sehingga baik bagi pencegahan penyakit jantung dan arteriosklerosis. Menurut Kabinawa, itu merupakan hasil kinerja GLA (gamma linoleic acid), prekursor prostaglandin tubuh. Prostaglandin berfungsi mengontrol hormon untuk menjalani fungsi tubuh seperti pengaturan tekanan darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan pembelahan sel.

Spirulina juga tak secara langsung membasmi penyakit-penyakit dalam tubuh. Penelitian Parada dan de Caire dari Universitas Buenos Aires, Argentina, menyebutkan asupan 5% spirulina meningkatkan populasi Lactobacillus dalam usus sebanyak tiga kali lipat dan menekan pertumbuhan cendawan Candida albicans.

Seperti dikutip International Journal of Food Microbiology, Parada membuktikan adanya peningkatan imunitas tubuh disebabkan kenaikan jumlah bakteri laktat seperti Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus. Pada manusia Lactobacillus memiliki 3 fungsi: meningkatkan pencernaan dan penyerapan makanan, melindungi dari infeksi, dan melindungi sistem kekebalan tubuh.

Jumlah bakteri asam laktat dalam tubuh yang sedikit menyebabkan penyerapan nutrisi makanan terganggu. Itu terjadi pada pasien Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyerapan nutrisi rendah lantaran infeksi usus oleh Candida albicans. Itu sebabnya, ahli medis di Amerika Serikat kerap memberikan spirulina agar jumlah bakteri Lactobacilus naik dan Candida albicans hilang. Pada akhirnya, gizi makanan lebih mudah diserap tubuh dan kesembuhan pun diperoleh. Hingga hari ini penelitian tentang spirulina terus berjalan. Tujuannya mengungkap khasiat lain meski faedah ganggang hijau-biru itu amat banyak. Persis seperti warnawarni yang dipantulkan. (Vina Fitriani

Camilan Kaya Gizi

Trubus

Edisi: Senin, 04 September 2006 08:03:47

Camilan Kaya Gizi

Lima abad lalu penduduk di sekitar Danau Texcoco, Meksiko, memiliki kebiasaan menyantap camilan biskuit setiap hari. Namun, bukan sembarang biskuit yang dilahap. Biskuit yang disebut tecuitlatl itu dibuat dari ganggang biru kehijauan yang diperoleh dari kedalaman danau. Karena rajin memakan biskuit itu penduduk Danau Texcoco jarang sakit.

Nun di Danau Chad, Afrika, penduduk Kanembu pun sehat-sehat. Setelah diselidiki mereka diketahui sering mengkonsumsi dihe. Penganan mirip kue kering itu dibuat dari spirulina. Penduduk mengumpulkannya dengan kelambu pada musim panas saat terjadi booming spirulina di danau. Suku Aztec malah sudah sejak lama memanfaatkan spirulina untuk memperbaiki gizi mereka, ujar Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, guru besar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Menurut Ali, spirulina bisa memperbaiki gizi karena ia mengandung 70% protein. Asam-asam amino yang terkandung di dalamnya berperan memperbaiki sel-sel rusak dan meningkatkan sistem imun tubuh. Karena itu sejak lama spirulina sudah dimanfaatkan manusia, ujarnya.

Asam amino esensial

Protein dalam spirulina tersusun dari asam amino esensial yang tidak dimiliki tubuh seperti valin dan isoleosin. Padahal, asam amino itu berperan mengganti protein yang rusak. Konsumsi spirulina 36 g per hari sudah bisa mencukupi kebutuhan asam amino bagi tubuh orang dewasa, ujar Prof Dr dr Alfred A Djajakusumah, ahli biokimia kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

Bukti serupa diungkapkan Clare M. Hasler, PhD dari Department of Food Science and Human Nutrition, University of Illinois, di Amerika Serikat. Clare menyebutkan susunan protein spirulina berguna memperkuat struktur dan fungsi sel-sel makhluk hidup. Itu karena spirulina mengandung zat proteinogenik yang berfungsi sebagai sistem pengatur metabolisme tubuh. Sedikitnya setiap 10 g spirulina yang dikonsumsi memberikan kontribusi protein setara 5,5-7 g bagi tubuh, ujar Ali Khomsan.

Berdasarkan hasil uji coba J.E Pinero Estrada dari Departemen Farmakologi, Universitas Madrid di Spanyol, spirulina diketahui kaya antioksidan karena kandungan beberapa pigmen pembentuk protein seperti phykosianin, zeasantin, dan klorofi l. Phykosianin merupakan antioksidan pelindung hati dan ginjal. Zeasantin melindungi mata terutama saat berusia lanjut. Klorofi l bersifat antikanker dan antiracun.

Antioksidan

Ganggang biru kehijauan itu juga memiliki vitamin dan mineral yang lengkap. Spirulina termasuk satu-satunya tumbuhan yang mengandung vitamin B kompleks terlengkap: B1, B2, B3, B6, dan B12. Setiap 10 g spirulina mengandung vitamin B1 (thiamin) 0,31 mg, B2 (riboflavin) 0,35 mg, B3 (niacin) 1,46 mg, B6 (pyridoxine) 80 mcg, dan B12 (cobalamine) 32 mcg.

Peran vitamin B sangat penting. Misal vitamin B12, membantu pembentukan sel darah merah, sumsum tulang, dan memperbaiki sistem saraf. Vitamin B12 juga dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Vitamin B12 merupakan koenzim yang penting untuk sintesis DNA dalam mengontrol pembentukan sel-sel baru, ujar doktor ilmu home economics education dari Iowa State University di Amerika Serikat itu.

Vitamin A dan betakaroten yang demikian tinggi di dalam spirulina-23.000 IU per 10 g-memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kandungan betakaroten dalam spirulina mencapai 10 kali lipat lebih banyak daripada lobak dan wortel, ujar Ali Khomsan. Mereka dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan sel-sel tubuh, dan memperbaiki fungsi mata. Peran lain sebagai tembok penghalang berkembangnya tumor ganas dan perubahan kromosom.

Menurut Ali Khomsan, vitamin A, D, B12, betakaroten, dan mineral yang dimiliki spirulina mempunyai peranan penting dalam pembentukan tulang. Vitamin D bersama kalsium dapat memperkuat tulang dan gigi. Hasil penelitian Carlos Jime'nez dari Department of Ecology, University of Malaga di Spanyol Menunjukkan kalsium selain mengeraskan tulang, juga berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

C. Wayne Weart dari Department of Pharmacy, University of South Carolina di Amerika Serikat mengungkap mineral lain yang terkandung dalam spirulina seperti magnesium, zink, selenium, dan zat besi memiliki peran tak kalah penting. Zink misalnya membantu memastikan fungsi-fungsi enzim di tubuh berjalan sempurna. Yang lain seperti selenium mampu mencegah gondok. Zat besi pada spirulina 58 kali lebih banyak daripada bayam dan 18 kali lebih tinggi dari daging, ujar Ali Khomsan. Zat besi itu selain ikut membantu pembentukan darah juga menguatkan sistem imun.

Karena kandungan yang luar biasa itu, spirulina dijadikan suplemen kesehatan. Ia disebut-sebut sebagai makanan abad 21. Paling tidak 12 penghargaan dari badan-badan pangan dan kesehatan dunia disematkan kepada yang namanya spirulina. Pantas saja berjuta-juta pil spirulina telah diproduksi untuk membantu masyarakat yang malnutrisi dan untuk mengatasi berbagai penyakit. (Hermansyah)

Protein spirulina dibandingkan komoditas lain
Nutrisi Kandungan (%DV)
Vitamin A 460
Betakaroten 460
Vitamin B-12 330
Vitamin D 300
Zat besi 80
Selenium 14
Magnesium 10
Seng 2
Nutrisi spirulina dalam persentase
angka kecukupan konsumsi per 10 g
Makanan Kandungan protein (%)
Spirulina 60-70
Kacang kedelai 30-35
Daging lembu 18-22
Ikan 16-20
Telur 12-16
Tahu 8
Susu 3

Sumber: Sureco muhibah network, http://www.spirulina.com/, dan telah diolah dari berbagai sumber.

Penjinak Radiasi

Trubus

Edisi: Kamis, 31 Agustus 2006 14:39:43

Penjinak Radiasi

Bencana mahadahsyat itu 20 tahun telah berlalu: ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl. Namun, dampaknya tak juga terkubur oleh perjalanan panjang sang waktu. Setidaknya 9 anak meninggal karena kanker thiroid akut dan 9.000 orang lainnya mengidap leukemia, anemia, serta kehilangan kekebalan tubuh. Semua itu akibat radiasi nuklir ketika PLTN meledak pada 26 April 1986 pukul 01.23.

Cuma itu? Ternyata tidak, sebab kandungan iodine tanah dan logam berat strontium 90 serta caesiun 137 terserap oleh tumbuhan, serangga, dan jamur. Efeknya mempengaruhi makanan sehari-hari penduduk setempat. Iodine, misalnya, memicu kanker thiroid seperti banyak terjadi di Belarus dan Rusia. Radias nuklir bagi mereka memang mengancam nyawa.

Secercah harapan muncul ketika L.P. Loseva and I.V. Dardynskaya, dari Research Institute of Radiation Medicine, Minsk, Belarus, melaporkan hasil riset yang melibatkan 100 anak. Konsumsi 5 gram spirulina setiap hari selama 20 hari menekan 50% kandungan radioaktif pada urine.

Menurut Belookaya T Corres dari Komite Anak-anak Belarus, spirulina menurunkan radiasi akibat konsumsi makanan terkontaminasi zat radioaktif cesiun 137 dan strontium 90. Tumbuhan bersel satu itu meningkatkan kesehatan tubuh manusia sehingga digunakan sebagai terapi bagi orang yang terkena radiasi. Riset lain melibatkan 49 anak berusia 3-7 tahun di Beryozova, Belarus. Ekstrak spirulina diberikan selama 45 hari. Para dokter menemukan sel T dan hormon pengatur tumbuh meningkat. Sebaliknya 83% radioaktif pada urine menurun.

Peneliti juga menyimpulkan pikosianin dan polisakarida meningkatkan reproduksi sumsum tulang dan kekebalan sel. Rusia mematenkan spirulina pada 1994 sebagai makanan obat penurun reaksi alergi pada pasien yang teradiasi. Paten itu berdasarkan penelitian terhadap 270 anak yang hidup di radiasi tinggi. Setelah diberi 20 tablet atau 5 gram spirulina per hari selama 1,5 bulan, sensitivitas terhadap alergi pun normal. Riset-riset itu meneguhkan spirulina sebagai panasea, obat mujarab bagi beragam penyakit. (Vina Fitriani)

Tekanan Darah

Trubus

Edisi: Kamis, 31 Agustus 2006 14:42:46

Tekanan Darah

Darah rendah tak pernah enyah dari tubuh Ice Dahriani (37 tahun). Tekanan darahnya tak pernah beranjak dari 90/60 mmHg. Idealnya, 120/80 mm/ Hg. Wajar bila pegawai bank swasta nasional itu kerap letih dan pusing. Atas saran suami, Ice mengkonsumsi 9 tablet spirulina 3 kali sehari. Sepekan berselang ia mengecek tekanan darahnya. “Tumben normal,” katanya. Ibu satu anak itu merasa lebih bugar dan fit. Itulah sebabnya ia meneruskan konsumsi spirulina.***

Mimisan

Mimisan disertai kepala pusing kerap mendera Stevie Mario sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hasil pemindaian menunjukkan, terjadi penyumbatan urat saraf. Vilania, sang ibu, memberikan spirulina 30 ml 3 kali sehari. Hanya dalam sebulan, mimisan itu berhenti hinggi kini saat usia Mario 14 tahun. Memang semula Vilania kaget mendapati darah beku keluar dari lubang hidung. Namun, sejak itu Mario sembuh mimisan.***

Pusing

Dokter memberi 40 jahitan di kepala Lina Liwan beberapa saat setelah tabrakan mobil di Pontianak, Kalimantan Barat. Pada penghujung senja, setahun lampau ia mengalami kecelakaan. Hingga luka itu sembuh, pusing-pusing tak kunjung sirna. “Kalau lihat langit-langit, seperti berputar-putar,” kata wirausahawan di Pontianak itu. Frekuensi pusing beberapa kali sehari. Atas saran seorang kerabat, ia akhirnya mengkonsumsi spirulina 2 sachet 2 kali sehari. Sepekan berselang, pusingnya berkurang dan hilang sama sekali setelah sebulan rutin minum spirulina. ***


Spirulina: Tumbuhan Laut Penggempur Penyakit

Trubus

Edisi: Minggu, 02 Juli 2006 17:03:17

Spirulina:
Tumbuhan Laut Penggempur Penyakit

Serangkaian pengobatan dilakukan untuk mengatasi penyebab bersarangnya penyakit di tubuh pria berusia 22 tahun itu. Namun, tetap tak memberi hasil memuaskan. Tiga bulan mengkonsumsi neometrasol, obat kimia untuk pengidap hipertiroid, hanya mengembalikan nilai tiroksin T3 dan T4 ke ambang normal yaitu 0.51-1.65 ng/dl dan 4.4-12.0 ug/dl. TSH, penanda aktivitas kelenjar tiroid tak juga menanjak. Itu sebabnya tubuh Adi kerap pingsan, cepat lelah, suhu badan tak stabil, dan sering buang air kecil. Degup jantung saya lebih kuat dan cepat, kata Kurniadi.

Lantaran bosan dengan penyakitnya, 4 bulan berselang ia beralih mengasup makanan tambahan spirulina atas anjuran kerabatnya. Hasilnya, TSH perlahan meningkat mulai 0,06 mIU/L pada bulan pertama dan 0.57 mIU/L setelah 3 bulan konsumsi. Itu artinya normal karena berada pada interval 0.47-5.01 mIU/L. Pasien hipertiroid cenderung membutuhkan asupan antitiroid, vitamin dan mineral penunjang kesehatan, kata Dr Muhilal, ahli gizi di Bogor. Vitamin dan mineral berfungsi membantu memperlancar sekresi hormon peningkat kekebalan serta membersihkan racun dalam ginjal yang menghambat keseimbangan hormon tiroid dalam darah.

Kaya vitamin dan mineral

Menurut USDA, spirulina memiliki kandungan lengkap vitamin dan mineral. Carlos Jime?nez dari Department of Ecology, Faculty of Sciences, University of Ma?laga, Spanyol menemukan kalsium spirulina 3 kali lebih tinggi dibanding susu hewani, zat besi 3 kali lebih besar dibanding bayam. Tidak salah bila suku Aztec memanfaatkan spirulina sebagai makanan sehari-hari untuk menjaga kesehatan. Ia efektif meningkatkan stamina dan sistem kekebalan tubuh.

Alga berwarna hijau kebiruan itu awalnya hanya diketahui sebagai penurun kolesterol. Pengujian ilmiahnya dilakukan oleh Nayaka dari Tokai University, Jepang. Sebanyak 30 pria sehat berkolesterol tinggi dan hiperlipidemia yang diberi asupan spirulina menunjukkan penurunan 4,5% jumlah serum kolesterol, trigliserida, dan LDL. Mereka mengkonsumsi 4,2 gram spirulina selama 4 minggu tanpa mengubah pola makan.

J. E. Pi?ero Estrada dari Departament Farmakolog?, Fakultas Farmasi, Universitas Madrid, Spanyol mengungkap spirulina kaya antioksidan lantaran kandungan 3 pigmen kaya protein yaitu phykosianin, klorofi l, dan zeasantin. Phykosianin, antioksidan larut air, penunjang kesehatan hati dan ginjal. Zeasantin, antioksidan pelindung mata terutama saat tua. Sedangkan klorofi l, antioksidan bersifat antikanker dan antiracun.

Antivirus

Selain antikanker dan antiracun, penelitian Laboratory of Viral Pathogenesis, Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School, Massachusetts, Amerika Serikat pada 1996 membuktikan, spirulina dalam konsentrasi 5-10 ?g/ml mampu menghambat pembelahan sel HIV-1. Itu disebabkan spirulina memiliki kandungan kalsium spirulan, molekul polimerisasi gula berisi kalsium dan sulfur. Konsumsi spirulina terbukti memberikan masa hidup lebih lama pada pasien AIDS.

Sedangkan Armida Hern?ndez-Corona dari Departamento de Microbiolog?a, Escuela Nacional de Ciencias Biol?gicas, IPN, Meksiko, menunjukkan ekstrak spirulina memiliki sifat antiviral. Ia efektif melawan virus herpes simpleks tipe 2, pseudorabies virus (PRV), human cytomegalovirus (HCMV), dan HSV-1, dengan dosis efektif (ED50) masing-masing sebesar 0,069, 0,103, 0,142, dan 0,333 mg/ml.

Karena manfaat yang luar biasa, Arthrospira platensis kini banyak dibudidayakan di seluruh dunia. Berjuta-juta pil spirulina pun telah diproduksi lantaran terbukti menghadang dan menggempur berbagai penyakit. Termasuk Kurniadi yang telah merasakan keampuhannya. (Vina Fitriani).